REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah kader kesehatan di Kota Surabaya, Jatim, menyatakan siap mundur sebagai bentuk solidaritas atas kebijakan pemerintah kota memangkas jumlah kader kesehatan untuk diseleksi menjadi Kader Buser Surabaya Hebat.
Salah satu kader kesehatan di RT 05 RW 07 Kupang Jaya, Rahmawati di Surabaya, Ahad (27/2/2022), mengaku prihatin dengan kebijakan Pemkot Surabaya yang memangkas jumlah kader Surabaya yang selama ini berjasa menjaga lingkungan sekitar.
"Kami awalnya senang karena honor dinaikkan, tapi kemudian prihatin karena ada pemangkasan jumlah kader kesehatan. Kami kerjanya susah dari rumah ke rumah. Ada teman kami yang karena ada kenaikan insentif itu kemudian kredit ponsel sebagai penunjang kegiatan, tapi sekarang malah dipangkas," ujarnya.
Hal sama juga diutarakan kader kesehatan lainnya, Susiati. Ia mengaku sebelum ada kabar kenaikan insentif dari Rp 28 ribu tiap pekan menjadi Rp 400 ribu tiap bulan, mereka merasa sudah sejahtera dan nyaman, serta ikhlas menjalankan tugas.
"Sekarang dijanjikan insentif naik menjadi Rp 400 ribu, tapi kerjanya susah. Banyak aplikasi yang harus di kerjakan yang bikin bingung. Banyak kader yang belum paham," ujarnya.
Susiati menambahkan belum lagi adanya peraturan bahwa tiap RT dengan jumlah penduduk 200 Kepala Keluarga (KK) ke bawah, hanya di isi oleh tiga kader. "Apa kami bisa melakukannya. Kalau kebijakan ini diteruskan silahkan, tapi kami mundur pelan-pelan," katanya.
Sementara itu, Anis Arianti, kader kesehatan RT 01 RW 06 juga merasa dengan pemangkasan kader di tiap RT. "Di tempat saya, kader sembilan orang. Informasi yang kami dapat, kalau warga kurang dari 200 KK, kadernya dua orang. Misalnya, kalau ada kegiatan posyandu yang serentak itu, satu hari harus sudah selesai. Apakah ini bisa kalau layanan posyandu hanya dua kader. Dengan jumlah balita 20 sampai 50," katanya.
Anis mengaku senang ketika mendapat kabar ada penambahan insentif, tapi juga harus melihat kemampuan kader. Apalagi, kata dia, kebanyakan kader ini mayoritas ibu rumah tangga.
"Ketika kami selesai menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga baru kemudian menjalankan tugas posyandu. Sampai jam berapa selesainya kalau seperti ini," katanya.
Anis menceritakan, kalau sudah lama dirinya menjadi kader kesehatan, menggantikan ibunya. "Ukuran kami bukan insentif tapi pengabdian. Kami ikhlas meski diberi insentif Rp 28 ribu. Meski insentif tidak dinaikkan tidak apa-apa. tapi kerjanya sendiri-sendiri," katanya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan, Kader Buser Kesehatan Hebat di setiap RT nantinya dipilih dari kader yang aktif. Mereka dipilih oleh kelurahan, Dinas Kesehatan (Dinkes) serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk membantu pemkot menyelesaikan masalah sosial hingga kesehatan.
"Jadi dari kader-kaderKota Surabaya akan diambil, dites yang mampu. Nanti dijadikan Buser Surabaya Hebat. Ini adalah orang-orang dari kader yang kami ambil menjadi bagian," katanya.
Sedangkan untuk kader-kader yang lain, Eri memastikan mereka tetap jalan dengan tugas yang berbeda. Setidaknya, dari sekitar 45 ribu kader di Kota Pahlawan, 28 ribu di antaranya akan dipilih menjadi Buser Surabaya Hebat.
Untuk kader yang telah melakukan kegiatan pada bulan Januari dan Februari 2022 tapi tidak memenuhi kriteria sebagai Kader Buser Surabaya Hebat, akan tetap diberikan haknya sesuai juknis yang berlaku.