Senin 28 Feb 2022 09:15 WIB

Jepang akan Bekukan Aset Keuangan Vladimir Putin

Jepang juga akan bergabung dengan Barat dalam memblokir bank-bank utama Rusia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Seorang demonstran memegang poster yang menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin selama rapat umum memprotes invasi Rusia ke Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022 di Paris. Pemerintah Jepang akan menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat tinggi Rusia lainnya
Foto: AP/Adrienne Surprenant
Seorang demonstran memegang poster yang menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin selama rapat umum memprotes invasi Rusia ke Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022 di Paris. Pemerintah Jepang akan menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat tinggi Rusia lainnya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Pemerintah Jepang akan menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat tinggi Rusia lainnya. Hal itu berkaitan dengan langkah Moskow menyerang Ukraina.

Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio mengungkapkan, negaranya bakal membekukan aset keuangan Putin dan pejabat Rusia lainnya. Tokyo juga akan bergabung dengan Barat dalam memblokir bank-bank utama Rusia dari jaringan pembayaran internasional SWIFT.

Baca Juga

“Invasi Rusia ke Ukraina adalah upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan paksa dan mengguncang fondasi tatanan internasional,” kata Fumio seperti dilaporkan lembaga penyiaran publik Jepang, NHK, Ahad (27/2/2022).

Sama seperti Barat, Jepang pun akan menyuplai bantuan kemanusiaan untuk Ukraina. “Jepang akan memberikan 100 juta dolar AS sebagai bantuan kemanusiaan darurat rakyat Ukraina, di samping pinjaman dalam mata uang yen sekitar 100 juta dolar AS yang telah dijanjikan,” kata Fumio.

Saat ini Rusia tengah menghadapi sanksi keras dari Barat. Selain pemblokiran bank-bank negaranya dari jaringan SWIFT, Uni Eropa memutuskan menutup wilayah udaranya bagi pesawat Rusia. Sementara itu, AS memberlakukan sanksi yang bertujuan mencegah Putin menggunakan aset cadangan mata uang asing Rusia senilai 630 miliar dolar AS.

Putin mengkritik serangkaian sanksi ekonomi agresif yang dikenakan pada Rusia. Kendati demikian, dia tak menunjukkan sikap melunak. Meski sudah disanksi, Putin, pada Ahad lalu, memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk berada pada siaga tinggi. Namun, delegasi Rusia dan Ukraina dilaporkan bakal menggelar pembicaraan di Belarusia.

Pada 24 Februari lalu, Rusia memulai serangannya terhadap Ukraina. Serangan itu merupakan buntut dari “diabaikannya” tuntutan jaminan keamanan Rusia kepada Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Moskow meminta NATO agar tak membuka pintu bagi keanggotaan Ukraina di aliansi tersebut. Menurut Putin, jika Kiev bergabung dengan NATO, ada kemungkinan mereka akan berusaha merebut kembali Krimea.

Rusia diketahui menganeksasi Krimea pada 2014. Menurut Putin, jika Ukraina mengambil langkah semacam itu, Rusia berarti harus berhadapan langsung dengan NATO. Dengan demikian, perang tak terhindarkan. Putin mengakui, secara postur militer, Rusia kalah jika dibandingkan NATO. Namun dia pun mengingatkan bahwa Rusia adalah salah satu kekuatan nuklir dunia. Dalam pandangan Putin, tidak akan ada pemenang jika Rusia berperang dengan NATO.

Baca juga: 

Putin Siagakan Pasukan Kekuatan Nuklir Rusia

Naftali Bennett Telepon Putin untuk Tawarkan Mediasi Konflik dengan Ukraina

Presiden Ukraina Tolak Berunding dengan Rusia di Belarusia

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement