Senin 28 Feb 2022 13:24 WIB

AS dan Prancis Minta Warganya Tinggalkan Rusia

Permintaan itu menyusul pembatasan lalu lintas penerbangan dari dan ke Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran memegang poster selama rapat umum sebagai protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022 di Paris.
Foto: AP/Adrienne Surprenant
Demonstran memegang poster selama rapat umum sebagai protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022 di Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Amerika Serikat (AS) dan Prancis meminta warganya yang berada di Rusia untuk segera meninggalkan negara tersebut. Tensi situasi yang masih tinggi di sana, menyebabkan banyak maskapai membatalkan penerbangan dari dan ke Rusia.

“Warga AS harus mempertimbangkan untuk segera meninggalkan Rusia melalui opsi komersial yang masih tersedia,” demikian bunyi peringatan keamanan yang diunggah Kedutaan Besar AS di Moskow di situs webnya, Ahad (27/2/2022).

Baca Juga

 

Sama seperti AS, Prancis juga meminta warganya yang tengah berada di Rusia untuk segera meninggalkan negara tersebut. “Karena meningkatnya pembatasan lalu lintas udara antara Rusia dan Eropa, sangat disarankan agar warga negara Prancis yang bukan penduduk di Rusia membuat pengaturan untuk meninggalkan negara itu tanpa penundaan melalui jalur udara yang ada,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis.

Selain di Rusia, Prancis juga meminta warganya yang berada di Belarusia untuk segera meninggalkan negara itu. Uni Eropa diketahui telah menutup wilayah udaranya bagi Rusia. Hal ini merupakan salah satu bentuk sanksi perhimpunan Benua Biru atas langkah Moskow menyerang Ukraina.

 

Pada 24 Februari lalu, Rusia memulai serangannya terhadap Ukraina. Serangan itu merupakan buntut dari “diabaikannya” tuntutan jaminan keamanan Rusia kepada Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Moskow meminta NATO agar tak membuka pintu bagi keanggotaan Ukraina di aliansi tersebut.

Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, jika Kiev bergabung dengan NATO, ada kemungkinan mereka akan berusaha merebut kembali Krimea. Rusia diketahui menganeksasi Krimea pada 2014.

Putin menilai, jika Ukraina mengambil langkah semacam itu, Rusia berarti harus berhadapan langsung dengan NATO. Dengan demikian, perang tak terhindarkan.

Putin mengakui, secara postur militer, Rusia kalah jika dibandingkan NATO. Namun dia pun mengingatkan bahwa Rusia adalah salah satu kekuatan nuklir dunia. Dalam pandangan Putin, tidak akan ada pemenang jika Rusia berperang dengan NATO.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement