REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Amerika Serikat (AS) dan Prancis meminta warganya yang berada di Rusia untuk segera meninggalkan negara tersebut. Tensi situasi yang masih tinggi di sana, menyebabkan banyak maskapai membatalkan penerbangan dari dan ke Rusia.
“Warga AS harus mempertimbangkan untuk segera meninggalkan Rusia melalui opsi komersial yang masih tersedia,” demikian bunyi peringatan keamanan yang diunggah Kedutaan Besar AS di Moskow di situs webnya, Ahad (27/2/2022).
Sama seperti AS, Prancis juga meminta warganya yang tengah berada di Rusia untuk segera meninggalkan negara tersebut. “Karena meningkatnya pembatasan lalu lintas udara antara Rusia dan Eropa, sangat disarankan agar warga negara Prancis yang bukan penduduk di Rusia membuat pengaturan untuk meninggalkan negara itu tanpa penundaan melalui jalur udara yang ada,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis.
Selain di Rusia, Prancis juga meminta warganya yang berada di Belarusia untuk segera meninggalkan negara itu. Uni Eropa diketahui telah menutup wilayah udaranya bagi Rusia. Hal ini merupakan salah satu bentuk sanksi perhimpunan Benua Biru atas langkah Moskow menyerang Ukraina.
Pada 24 Februari lalu, Rusia memulai serangannya terhadap Ukraina. Serangan itu merupakan buntut dari “diabaikannya” tuntutan jaminan keamanan Rusia kepada Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Moskow meminta NATO agar tak membuka pintu bagi keanggotaan Ukraina di aliansi tersebut.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, jika Kiev bergabung dengan NATO, ada kemungkinan mereka akan berusaha merebut kembali Krimea. Rusia diketahui menganeksasi Krimea pada 2014.
Putin menilai, jika Ukraina mengambil langkah semacam itu, Rusia berarti harus berhadapan langsung dengan NATO. Dengan demikian, perang tak terhindarkan.
Putin mengakui, secara postur militer, Rusia kalah jika dibandingkan NATO. Namun dia pun mengingatkan bahwa Rusia adalah salah satu kekuatan nuklir dunia. Dalam pandangan Putin, tidak akan ada pemenang jika Rusia berperang dengan NATO.