Senin 28 Feb 2022 17:19 WIB

Kunci Peningkatan Produksi Kedelai: Insentif Bagi Petani

Insentif yang dimaksud yakni jaminan harga dan lahan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Petani kedelai tengah memanen hasil tanamannya. Salah satu kunci keberhasilan produksi kedelai di Tanah Air adalah insentif bagi petani.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Petani kedelai tengah memanen hasil tanamannya. Salah satu kunci keberhasilan produksi kedelai di Tanah Air adalah insentif bagi petani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya peningkatan produksi kedelai lokal tidak akan berhasil tanpa adanya insentif bagi petani. Insentif yang dimaksud yakni jaminan harga yang memberikan keuntungan serta pengendalian impor kedelai yang berdampak pada tekanan produksi lokal.

"Kendala kedelai itu ya tidak ada yang mau tanam. Sebetulnya apa yang terjadi di kedelai atau gula, itu akurat. Ketika komoditas tidak menguntungkan usaha, petani akan keluar," kata Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politk Indonesia (AEPI), Khudori, kepada Republika.co.id, Senin (28/2/2022).

Baca Juga

Khudori mengingatkan, Indonesia pernah mencapai swasembada kedelai pada 1992 silam dengan luas panen 1,76 juta hektare dan produksi 1,8 juta ton. Saat itu, harga kedelai dipatok 1,5 kali lipat lebih tinggi dari harga gabah sehingga petani memiliki kepastian.

"Semakn ke sini, dilepas ke pasar, untung semakin kecil. Produksi bisa hilang ketika harga kedelai dunia rendah dan membuat petani tekor," kata Khudori.

Hal yang tak kalah penting yakni soal kepastian lahan. Sistem lahan saat ini yang bebas akan digunakan petani untuk menanam komoditas yang paling menguntungkan. Karenanya, pemerintah harus memastikan lahan eksisting khusus tanam kedelai.

Di Jawa, kata Khudori cukup sulit bagi kedelai untuk bisa bersaing dengan padi. Peluang untuk ditanami kedelai setidaknya bisa memanfaatkan lahan-lahan terbengkalai milik Perum Perhutani. "Tapi yang tidak kalah penting lahan-lahan kelas dua di luar Jawa itu banyak dan belum tersentuh. Memang, butuh kelengkapan infrastruktur, terutama air," katanya.

Selain itu, penggunaan bibit unggul juga mendesak bagi petani. Khudori mengatakan, rata-rata produtivitas kedelai lokal masih sekitar 1,4 ton-1,5 ton per ha. Padahal, sudah terdapat banyak temuan bibit unggul yang tinggi produktivitas dan kualitas lebih baik.

Namun, menurut Khudori, petani kedelai kemungkinan mengurungkan niat menggunakan bibit unggul karena harga yang sudah pasti lebih mahal, sedangkan harga jual kedelai bisa jadi tetap sama.

"Di level penelitian itu sudah, tapi bagaimana di tingkat produksi massal? Mungkin petani tahu tapi kalau barangnya tidak ada juga ngapain?" ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement