REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN BARAT -- Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatra Barat, Asrawati, mengatakan pihaknya sudah menemukan anak-anak yang mengalami diare, dan ISPA. Penyakit diare mulai terdeteksi di pengungsian pascagempa Pasaman Barat, karena terbatasnya akses MCK dan air bersih.
"Sudah kita survei masing-masing tempat pengungsian. Sudah ada yang diare dan ISPA," kata Asrawati, di Pasaman Barat, Senin (28/2).
Berdasarkan data yang dihimpun IDAI, di Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, terdapat 248 pengungsi dari 66 KK. Jumah pengungsi anak-anak di situ sebanyak 50 orang.
Di situ, 2 anak mengalami trauma, ISPA 9 orangm diare 1 orang, demam 1 orang dan pulpitis 1 orang.
"Di Kajai, belum ada dapur umum dan MCK. Satu tenda ditempati 7 KK," ucap Asrawati.
Relawan IDAI menurut Asrawati melakukan pengobatan kepada anak-anak dan orang dewasa yang sudah terkapar sakit. Mereka juga menyerahkan masker dan sejumlah makanan.
Kemudian di posko 1 Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, IDAI mencatat 4 anak mengalami dermatitis dan 3 anak ISPA. Masih di Malampah, di Durian Gunjo, atau posko 2, terdapat 205 pengungsi anak. Di sana ada 17 anak mengalami ISPA, diare tanpa dehidrasi 1 orang dan OMSK 1 orang.
Asrawati menyebut, ISPA banyak menjangkiti anak-anak karena lemahnya protokol kesehatan selama pasca gempa. Sehingga anak-anak berkerumun tidak bermarker dan tidak mencuci tangan. Ia khawatir, anak-anak di pengungsian ini terjangkit Covid-19.