REPUBLIKA.CO.ID, TANIMBAR -- Kepulauan Tanimbar, sebuah Kabupaten baru di Maluku memiliki warisan tenun leluhur yang telah bertahan dari generasi ke generasi. Salah satu aset budayanya yang telah merambah dunia luar adalah tenun yang terus dipertahankan dari waktu ke waktu. Kain tenun yang semula berupa kain tenun godokan telah berubah dengan cara penenunan melalui Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dengan kualitas yang tak kalah dengan tenun godokan, namun harga lebih terjangkau.
Melihat perkembangan kain tenun yang semakin merambah dunia, INPEX Masela melalui Social Investment Indonesia dan LSM PITA selaku rekan kegiatan pemberdayaannya mulai membina kelompok tenun di Desa Amdasa. Selain itu, juga mengembangkan produk tenun godokan maupun ATBM dengan harapan kelompok masyarakat yang kemudian tergabung dalam BUMDes bisa mandiri dengan produk turunan tenun tersebut.
Bertepatan dengan rapat koordinasi Dinas Pariwisata se-Provinsi Maluku akhir pekan lalu, sejumlah produk turunan kain tenun godokan maupun ATBM dipamerkan di Vila bukit Indah Saumlaki. Pameran yang melibatkan seluruh kabupaten/kota di Maluku itu menghadirkan Staf Kementerian Pariwisata Fransiskus Handoko, Kadis Pariwisata Ekonomi dan Kreatif Provinsi Maluku Max Pattinama, Kepala Bappeda Provinsi Maluku Anton Lailosa, Para Kadis Pariwisata se-Kabupaten/Kota di Maluku dan stakeholder lainnya. Kepala Bappeda Provinsi Maluku Anton Lailosa menyampaikan, rapat koordinasi ini diharapkan dapat merumuskan point-point penting yang akan dibawa ke tingkat nasional.
"Forum seperti ini diharapkan dapat memberi semangat dan wawasan lebih bagi kami sebagai perencana pembangunan bersama masyarakat di Kepulauan Tanimbar dalam membangun daerah ini", kata Anton Lailosa, seperti dalam keterangannya, Senin (28/2/2022).
Kepala dinas pariwisata ekonomi kreatif Provinsi Maluku Max Pattinama mengatakan, pariwisata merupakan sektor yang merangsang sektor lainnya. Sehingga, kata sia, pemerintah pusat diharapkan lebih fokus mengembangkan pariwisata sebagai sektor lokomotif karena terbukti jika pariwisata menimbulkan dampak positif sekaligus multi flyer effect bagi sektor lain.
"Terhitung sejak 1 Januari hingga 31 Desember 2021, kita telah menyumbang devisa sebesar Rp 1,33 triliun sehingga kemiskinan mengalami penyusutan satu digit dari 17% menjadi 16%" ujar Pattinama.
Sementara itu Kepala dinas pariwisata ekonomi dan kreatif Kepulauan Tanimbar Herman Joseph Lerebulan mengatakan, potensi budaya di Tanimbar sangat kaya, tidak hanya sebatas kain tenun. Lebih dari itu, pakaian berbahan kulit kayu yang saat ini sudah mulai punah, alat musik gambus yang belakangan nyaris tidak terdengar, perlu diangkat dan dikembangkan lagi. Kata-kata sapaan di berbagai daerah di Tanimbar juga nyaris hilang karena itu perlu dipertahankan dan dikembangkan.
"Ciri-ciri Tanimbar itu ada tiga aspek, pertama holistik atau segala sesuatu berasal dari Tuhan, natural yang berarti akan semesta harus dijaga dan misticaly atau peninggalan budaya leluhur yang perlu diangkat kembali yang bersifat mistik", kata Herman.
Sementara itu Sr. Manager communications and relations INPEX Masela Ltd Puri Minari mengatakan, meski INPEX belum beroperasi bahkan belum melaksanakan aktifitas migas yang berarti, INPEX Masela melihat bahwa lisensi sosial merupakan suatu hal yang fundamental dan perlu perhatian serius. Sehingga, kata dia, INPEX tetap berkomitmen dalam melaksanakan kegiatan untuk memperoleh lisensi sosial sejak dini melalui kepercayaan, penerimaan dan dukungan masyarakat sekitar.
"Kegiatan yang dinamakan Investasi Sosial (Social Investment) tersebut sudah berlangsung sejak lama, bahkan di saat INPEX belum banyak melakukan aktifitas di bumi Duan lolat," kata Puri Minari.
Dalam implementasinya, INPEX menekankan pada dua pokok pendekatan yang meliputi pertama melibatkan desainer skala nasional dalam proses pelatihan yakni Samuel Wattimena dan Wingyo Rahadi. Keterlibatan desainer dimaksudkan untuk mendapat hasil end to end, yakni melakukan pendampingan dan pelatihan sekaligus berkontribusi dan bertanggung jawab dalam memperkenalkan tenun Tanimbar ke pasar dengan menggunakan jejaring (networking) yang mereka miliki.
Kedua, menurut dia INPEX menyadari bahwa program semacam ini akan menciptakan ketergantungan dan jauh dari hasil yang berkelanjutan (sustainability result) jika tidak melibatkan stakeholders lain untuk turut serta. Untuk itu dalam rangka melebarkan kontribusi serta membuka peluang adanya upaya berkelanjutan, INPEX berupaya secara proaktif untuk melibatkan pemangku kepentingan lain dalam upaya mengembangkan tenun ikat Tanimbar. Adanya upaya sinergi dan kolaborasi diyakini INPEX akan semakin memperkaya dan memperkokoh upaya multi-stakeholders dalam merevitalisasi tenun Tanimbar sebagai budaya lokal KKT sekaligus mengembangkan tenun Tanimbar sebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif KKT khususnya bagi para penenun.
Pemilihan Desa Amdasa sebagai salah satu lokasi bukan tanpa alasan. Sikap proaktif pemerintah desa dalam mendukung program ini menjadi alasan utama mengapa desa ini terpilih. Pemerintah Desa Amdasa sangat mendukung program ini dengan menyediakan secara cuma-cuma lahan dan bahkan membangun workshop tempat para penenun dapat melalukan kegiatannya dengan nyaman dan aman.
"Tak hanya itu, galeri yang hari ini kita resmikan, lokasi galeri ini merupakan upaya PemDes dalam menyediakan lahan karena mereka sadar perlu adanya tempat untuk mempromosikan hasil tenunan mereka kepada para tourist yang sedang berkunjung ke Kepulauan Tanimbar," ujar dia.