Selasa 01 Mar 2022 09:36 WIB

Beredar Rumor, Hong Kong Pertimbangkan Lockdown

Hong Kong melaporkan lebih dari 34 ribu kasus pada Senin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
 Warga mengantre untuk tes virus corona di pusat pengujian sementara COVID-19 di Hong Kong, Kamis, 24 Februari 2022. Hong Kong mulai membutuhkan bukti vaksinasi pada Kamis untuk memasuki tempat-tempat umum seperti restoran, supermarket, dan perbelanjaan mal.
Foto: AP/Vincent Yu
Warga mengantre untuk tes virus corona di pusat pengujian sementara COVID-19 di Hong Kong, Kamis, 24 Februari 2022. Hong Kong mulai membutuhkan bukti vaksinasi pada Kamis untuk memasuki tempat-tempat umum seperti restoran, supermarket, dan perbelanjaan mal.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hong Kong melaporkan rekor tertinggi 34.466 infeksi baru pada Senin (28/2). Otoritas kesehatan mengatakan penguncian belum dikesampingkan dengan jumlah kematian yang meningkat.

Hong Kong saat ini bergulat dengan gelombang kelima virus corona, terutama didorong oleh varian omicron. Lebih dari 34.000 kasus pada Senin, meningkat lebih dari empat kali lipat dari seminggu yang lalu, ketika kota itu melaporkan lebih dari 7.500 infeksi.

Baca Juga

"Setiap tiga hari sekali, jumlah kasus akan berlipat ganda. Kami pikir jumlahnya akan terus meningkat," kata, petugas medis dan kesehatan utama dari Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong Albert Au.

Kota itu juga melaporkan 87 kematian pada Senin. Dari 87 kematian itu, sebanyak 67 merupakan orang yang tidak divaksinasi.

Otoritas kesehatan mengatakan mungkin ada tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang mungkin melibatkan meminta orang untuk tinggal di rumah. Keputusan pembatasan ini juga masih harus dilihat apakah tindakan tersebut akan dilakukan melalui undang-undang atau cara lain.

Menteri Kesehatan Hong Kong Sophia Chan mengatakan pemerintah masih membahas masalah penguncian untuk mengurangi arus orang dan memaksimalkan efektivitas latihan pengujian massal. Beberapa supermarket di kota itu rak-raknya dibersihkan ketika penduduk menimbun kebutuhan sehari-hari setelah desas-desus beredar di WhatsApp dan media sosial menyarankan bahwa ada pemungutan suara di legislatif untuk mengunci Hong Kong selama seminggu.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah membantah bahwa masalah seperti itu sedang dibahas. "Sekretariat Dewan Legislatif (LegCo) mengetahui berbagai rekaman suara dan pesan teks yang tersebar luas di masyarakat, mengklaim bahwa LegCo sedang menjalani pekerjaan legislatif dan menghitung suara untuk memberlakukan penguncian yang melarang anggota masyarakat meninggalkan rumah selama tujuh hari," ujar pernyataan pemerintah.

"Sekretariat mengklarifikasi hari ini (28 Februari) bahwa LegCo dan komitenya belum melakukan diskusi tentang masalah ini, dan menegaskan kembali bahwa semua pertemuan LegCo terbuka, transparan, dan disiarkan langsung," katanya.

Pemimpin kota Carrie Lam sebelumnya mengatakan bahwa penguncian di seluruh kota tidak realistis karena sektor-sektor tertentu masih perlu keluar dan bekerja selama epidemi. Pihak berwenang telah memperpanjang langkah-langkah jarak sosial, seperti larangan makan di tempat setelah pukul 18.00 hingga April.

Pemerintah pun memajukan liburan musim panas untuk siswa hingga Maret sehingga sekolah dapat diubah menjadi pusat pengujian, fasilitas isolasi, dan tempat vaksinasi. Siswa yang liburannya dimajukan kemungkinan besar akan bersekolah selama musim panas, meskipun sekolah internasional di kota tidak terpengaruh.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement