REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA--Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Michelle Bachelet mengungkapkan, sedikitnya 102 warga sipil Ukraina, termasuk di antaranya tujuh anak-anak, tewas akibat serangan Rusia yang dilancarkan pekan lalu. Dia menduga, jumlah korban sipil bisa lebih tinggi.
“Sebagian besar warga sipil ini terbunuh oleh senjata peledak dengan area dampak yang luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, serta serangan udara. Angka (korban tewas) sebenarnya, saya khawatir, jauh lebih tinggi,” kata Bachelet saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Senin (28/2/2022).
Dia memperingatkan, saat ini penderitaan di Ukraina meluas. “Jutaan warga sipil, termasuk orang-orang yang rentan dan lanjut usia, terpaksa meringkuk di berbagai bentuk tempat perlindungan bom, seperti stasiun bawah tanah, untuk menghindari ledakan,” ucapnya.
Bachelet mengungkapkan, badan pengungsi PBB telah mencatat 368 ribu orang yang melarikan diri dari Ukraina sebagai pengungsi. Jumlah pengungsi internal di Ukraina lebih tinggi. "Pikiran saya tertuju pada mereka dan semua orang di seluruh dunia yang menderita," ujar Bachelet.
“Seruan untuk perdamaian dan HAM yang datang dari individu di seluruh dunia memperingatkan kita bahwa masa depan kita tidak boleh menjadi dunia yang telah terlepas dari kewajiban yang disepakati bersama dari hukum HAM internasional, serta dari Deklarasi Universal HAM,” kata Bachelet menambahkan.
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk PBB di Jenewa, Yevhenia Filipenko, mengungkapkan, serangan Rusia yang dimulai sejak 24 Februari lalu telah menewaskan lebih dari 350 orang. Sebanyak 16 di antaranya adalah anak-anak. Dia menekankan, agresi Rusia merupakan serangan kepada komunitas internasional yang lebih luas.
“Itu adalah serangan tidak hanya terhadap Ukraina, itu adalah serangan terhadap setiap negara anggota PBB, terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pada prinsip-prinsip bahwa organisasi ini diciptakan untuk dipertahankan,” kata Filipenko.