Rabu 02 Mar 2022 04:00 WIB

Pesan Isra Miraj Habib Abdurrahman: Seringlah Miraj di Malam Hari

Habib Abdurrahman memberikan pesan isra miraj.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Pesan Isra Miraj Habib Abdurrahman: Seringlah Miraj di Malam Hari. Foto: Habib Abdurrahman Al Habsyi
Foto: Ali Yususf/Republika
Pesan Isra Miraj Habib Abdurrahman: Seringlah Miraj di Malam Hari. Foto: Habib Abdurrahman Al Habsyi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perjalanan Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Sebagai bentuk penghormatan tertinggi umat Islam harus selalu memperingati Miraj setiap malam hari.

"Mari sering-seringlah kita Miraj di malam hari," ajak Pimpinan Majelis Talim dan Zikir Baitul Muhibin, Habib Abdurrahman Asad Al Habsyi, saat menyampaikan tausiahnya, Senin (28/2)

Baca Juga

Habib Abdurrahman Asad Al Habsyi mengatakan, perjalanan penting Nabi Muhammad SAW ini diabadikan Allah di dalam surat Al-Isra ayat 1 yang artinya.

"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Menurutnya, Isra Mi'raj merupakan salah satu peristiwa bersejarah di kalangan umat Islam. Setiap tanggal 27 Rajab umat Islam di dunia mengenang peristiwa  yang maha dahsyat tersebut. 

"Di mana Sang Khaliq memperjalankan hamba pilihan-Nya (Muhammad SAW) dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha hinhha ke Sidratal Muntaha," katanya.

Habib Abdurrahman Asad Al Habsyi, memastikan, dalam memperingati Isra Mi'raj, banyak hikmah yang dapat umat Islam petik. Untuk itu sudah sepatutnya umat Islam mengambil pelajaran dalam peristiwa penting ini.

Menurutnya yang perlu diperhatikan dalam peristiwa ini adalah pertama marilah renungkan redaksi Ilahiah mengenai perjalanan tersebut yang dimulai dengan kata "Subhana" (Maha Suci Allah).  Karena, setiap ayat yang diawali dengan kata "subhana" mengandung pesan akan sesuatu yang tidak bisa dicerna oleh akal, tapi harus dipahami dengan keyakinan. 

"Saking spesialnya kejadian ini, Allah sendiri memuji diri-Nya dengan ucapan "Subhana". Barangkali inilah salah satu bukti bahwa Allah adalah Maha dari segala Maha. Maha tanpa batasan ruang, waktu, bahkan massa," katanya.

Kedua, perjalanan Isra mungkin masih bisa dideteksi dengan sains dan teknologi, tetapi perjalanan Mi’raj sama sekali di luar kemampuan otak pikiran manusia. Perjalanan Mi’raj ini, juga masih diperdebatkan banyak ulama, apakah dengan fisik dan roh Rasulullah atau hanya rohaninya saja. 

"Mayoritas ulama Suni memahami bahwa yang diperjalankan Tuhan ke Sidratil Muntaha ialah Nabi Muhammad SAW secara utuh, lahir dan batin," katanya.

Sementara pendapat lain memahami hanya rohaninya saja. Bagi kita tidak terlalu penting untuk dipersoalkan apakah fisik dan rohani atau hanya fisik saja, karena perjalanan suci tersebut bukanlah kehendak dan keinginan Rasulullah, tetapi kehendak dan keinginan Allah SWT.

Ketiga, terjadi pada malam hari.  Ada beberapa alasan mengapa Isra Mi’raj terjadi pada malam hari sebagaimana dijelaskan oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya, Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshatil Isra. Di antaranya kata beliau bahwa malam merupakan waktu yang sunyi sehingga dinilai sebagai saat yang istimewa dan sangat pas untuk berkhalwat atau menyendiri guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

"Malam merupakan waktu yang tepat untuk berkumpulnya seseorang dangan orang yang dicintai-Nya. Malam merupakan satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah sebagai waktu terbaik dari seribu bulan (lailatul qadar). Tidak ada waktu lain selain malam yang memiliki keistimewaan seperti ini," katanya.

Habib Abdurrahman Asad Al Habsyi, mengatakan, sebagai gambaran sederhana, ketika di malam hari kita menyalakan radio, maka gelombang yang kita tangkap akan jernih dan lebih mudah dari siang hari. Sebab gelombang radio tersebut tidak mengalami gangguan terlalu besar yang saling bersinggungan dengan gelombang lainnya. 

"Begitulah gambaran sederhananya, sebab waktu malam hari adalah waktu yang paling kondusif untuk perjalanan super spesial demi kelancaran perjalanan ini," katanya.

"Marilah kita dengan momentum Isra' Mi'raj ini kita terus berusaha menjadi pribadi yang terus merajut keintiman dengan Sang Khaliq, "Khususnya" di waktu malam," katanya.

Tentang hal ini Allah SWT dalam surah Al-Insaan ayat 25-26 berfirman yang artinya:

"Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari."

Sementara dalam hadisnya Rasul SAW bersabda:

"Sebaik-baik hamba adalah Hamba Allah yang melakukan shalat pada sebagian malam." (HR. Bukhari).

"Barokallah Fiikum," ajak Habib Abdurrahman Asad Al Habsyi, mengakhiri tausiyahnya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement