REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban membatasi warga Afghanistan meninggalkan negaranya dalam kondisi tertentu. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan, warga Afghanistan tidak akan diizinkan meninggalkan negara itu kecuali mereka memiliki tujuan yang jelas.
Selain itu, perempuan tidak dapat bepergian ke luar negeri untuk belajar tanpa wali laki-laki. Mujahid mengatakan, pembatasan perjalanan juga berlaku untuk warga Afghanistan yang bekerja dengan NATO dan pasukan Amerika Serikat (AS).
"Kami tidak akan mengizinkan warga Afghanistan meninggalkan negara, kecuali mereka punya tujuan jelas," kata Mujahid.
Mujahid menyalahkan kondisi buruk yang dialami warga Afghanistan di beberapa negara yang menjadi tempat singgah sementara, sembari menunggu proses visa. Nasib ribuan warga Afghanistan yang dievakuasi ketika pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Kabul tahun lalu, masih terombang-ambing. Hingga kini, mereka masih berada di negara atau wilayah transit untuk menunggu visa sebelum direlokasi.
Perwakilan Pemerintah Inggris untuk Afghanistan, Hugo Shorter, mengatakan, pembatasan tersebut merupakan bentuk pengekangan terhadap kebebasan individu. Dia meminta Taliban segera mengklarifikasi keputusan tersebut.
"Ini akan menjadi pembatasan yang tidak dapat diterima pada kebebasan bergerak. Saya meminta Taliban untuk segera mengklarifikasi pernyataan mereka," ujar Shorter.
Sejauh ini, belum diketahui apakah pembatasan itu akan menghambat upaya evakuasi oleh pemerintah dan organisasi internasional. Terutama proses mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang telah bekerja dengan kedutaan, militer dan proyek asing yang memenuhi syarat mendapatkan suaka di negara-negara Barat.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada Senin (28/2) menyuarakan keprihatinan atas pernyataan Taliban tersebut. Dia mengatakan, kemampuan Pemerintah AS dalam memfasilitasi relokasi warga Afghanistan bergantung pada keputusan Taliban.
"Kami telah melihat pernyataan Taliban yang dilaporkan di media dan telah menyuarakan keprihatinan kami dengan Taliban. Kemampuan kami untuk memfasilitasi relokasi bagi sekutu Afghanistan kami bergantung pada Taliban yang memenuhi komitmennya untuk melewati jalur bebas," kata juru bicara itu.
Penerbangan evakuasi reguler yang diselenggarakan AS melalui Qatar dihentikan pada Desember. Hal ini karena ketidaksepakatan Taliban tentang siapa saja yang boleh dievakuasi.