REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah di kalangan umat Islam. Karena itu, setiap tanggal 27 Rajab umat Islam di Indonesia selalu memperingati peristiwa ajaib yang dialami Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril tersebut.
Ulama dan pemikir Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan tentang Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Menurut dia, persoalan Mi’raj merupakan buah dari prinsip dan pilar-pilar iman.
“Ia (Mir’aj) adalah cahaya yang sinarnya berasal dari cahaya rukun iman. Tentu saja, ia tidak bisa dibuktikan kepada kaum ateis yang mengingkari rukun iman,” ujar Said Nursi dikutip dari buku Risalah Mi'raj: Urgensi, Hakikat, Hikmah Dan Buahnya terbitan Risalah Nur.
Bahkan, lanjut Nursi, persoalan Mi’ran tersebut tidak perlu dibahas kepada orang yang tidak beriman kepada Allah dan yang tidak mempercayai Rasul yang mulia, atau yang mengingkari malaikat dan keberadaan sejumlah langit, sebelum membuktikan rukun iman kepada mereka terlebih dahulu.
“Karena itu, sasaran pembicaraan kami ini tertuju kepada mukmin yang sedang dilanda keragu-raguan dan ilusi sehingga menganggap peristiwa mi’raj tidak masuk akal,” kata Nursi.
Nurs pun menjelaskan sesuatu yang berguna bagi mukmin yang sedang dilanda keraguan tersebut, dan bisa menyembuhkannya dengan izin Allah. Namun, di sejumlah bagian, Nursi juga tetap memberikan perhatian kepada ateis yang berposisi sebagai pendengar, serta memberikan penjelasan yang berguna baginya.
Nursi menambahkan, kilau dari hakikat Mi’raj telah disebutkan dalam sejumlah risalah yang lain. “Maka, kami memohon pertolongan Allah, disertai desakan dari saudara-saudaraku, untuk mengumpulkan sejumlah kilau yang berserak tersebut dan menyatukannya dalam hakikat aslinya agar semua itu menjadi cermin yang memantulkan secara sekaligus berbagai kesempurnaan estetika Rasul,” jelas Nursi.