Rabu 02 Mar 2022 09:24 WIB

Kremlin: Rusia akan Tanggapi Sanksi Barat Sesuai Kepentingan Moskow

Jurbir Kremlin Peskov mengatakan realitas ekonomi Rusia berubah secara signifikan

Red: Nur Aini
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (28/2/2022) mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi sanksi Barat
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (28/2/2022) mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi sanksi Barat

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (28/2/2022) mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi sanksi Barat "berdasarkan kepentingan Moskow."

Berbicara pada konferensi pers harian, Peskov mengatakan "realitas ekonomi telah berubah secara signifikan" untuk Rusia setelah Barat memberlakukan pembatasan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut juru bicara itu, otoritas Rusia telah mempersiapkan sanksi, termasuk yang paling berat, yang dihadapi Rusia saat ini.

Baca Juga

Peskov menambahkan bahwa Presiden Vladimir Putin diberitahu tentang risiko pembatasan ekonomi. Dia juga mengklaim bahwa Rusia memiliki "potensi yang diperlukan" untuk mengkompensasi kerusakan yang dibuat oleh sanksi. Adapun sanksi pribadi terhadap Putin, Peskov menyebutnya "tidak masuk akal", karena presiden Rusia tidak memiliki aset atau properti di luar negeri.

Beralih ke pembicaraan damai Rusia-Ukraina, Peskov menolak untuk menyuarakan posisi Rusia, seraya menekankan bahwa negosiasi harus diadakan "dalam keheningan."

Dia kemudian mengecam pengiriman senjata Barat ke Ukraina, menggambarkannya sebagai "faktor yang sangat tidak stabil."

“Pasokan senjata, persenjataan, amunisi ke wilayah Ukraina dapat dan akan menjadi faktor yang sangat berbahaya dan tidak stabil, yang bagaimanapun juga tidak akan berkontribusi pada stabilitas di Ukraina atau pemulihan ketertiban. Dan dalam jangka panjang itu dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih berbahaya," tutur dia.

Dia menambahkan bahwa pengiriman senjata "mengkonfirmasi kebenaran Rusia dalam langkah-langkah yang diambil untuk mendemiliterisasi Ukraina," dan menyebut Uni Eropa "sebuah asosiasi yang mengambil posisi tidak bersahabat" terhadap Rusia dan "mengambil tindakan tidak bersahabat yang bersifat bermusuhan."

Adapun perintah Putin untuk menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi, Peskov mengatakan itu tidak berarti Rusia merencanakan serangan nuklir terhadap siapa pun.

Dalam hubungan ini, dia mengecam pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Elizabeth Truss sebagai "tidak dapat diterima" tentang kemungkinan bentrokan antara Rusia dan NATO.

"Pernyataan dibuat oleh perwakilan yang berbeda, pada tingkat yang berbeda, tentang kemungkinan situasi konflik, dan bahkan tabrakan, bentrokan antara NATO dan Federasi Rusia, kami menganggap ini benar-benar tidak dapat diterima," ujar Peskov.

Baca juga : Ukraina Minta Dukungan Rakyat Indonesia: Merdeka atau Mati

Sejak Kamis lalu, beberapa hari setelah pengakuan Rusia atas dua daerah kantong yang dikuasai separatis di Ukraina timur, perang Rusia terhadap Ukraina telah ditanggapi oleh kecaman dari masyarakat internasional, dan Uni Eropa, Inggris, dan AS menerapkan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Rusia semakin diisolasi setelah pesawatnya dilarang terbang di wilayah udara Eropa dan Kanada. Selain itu, sejumlah banknya telah dikeluarkan dari sistem perbankan internasional SWIFT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement