REPUBLIKA.CO.ID, Pada Oktober 2015, Liverpool membuat keputusan penting. Manajemen the Reds mendatangkan Juergen Klopp.
Klopp memiliki bekal mentereng sebagai pelatih Borussia Dortmund. Ia pernah membawa Dortmund meraih dua gelar Bundesliga Jerman. Kemudian sekali meloloskan Die Borussen ke final Liga Champions.
Namun Inggris punya tantangan berbeda. Level kompetisi terelite Negeri Ratu Elizabeth sangat tinggi. Kompetisi piala domestik ketat dengan jadwal padat. Klopp juga diharuskan menjaga tradisi positif Merseyside Merah di Eropa.
Petualangan Klopp di Stadion Anfield dimulai. Pada awalnya, ia benar-benar mengalami kesulitan. Para pemain yang ada terbiasa memainkan bola panjang ala Liverpool pada era-era sebelumnya.
Sang arsitek lantas mengubahnya secara perlahan. Ia meminta manajemen mendatangkan sederet pemain yang piawai memainkan strateginya. Perubahan tak instan, tapi perlahan mulai terlihat.
The Reds lebih agresif memainkan bola-bola pendek dengan intensitas tinggi. Mereka selalu menekan dengan garis pertahanan tinggi, tak peduli siapa lawannya. Namun tetap saja, penggemar butuh hasil nyata di lapangan.
Dalam konteks ini, semua pihak menunjukkan kesabaran. Setelah sempat tumbang di beberapa final, Klopp baru meraih trofi pertama bersama Liverpool pada Juni 2019. Tak tanggung-tanggung ia langsung membawa the Reds meraih gelar Liga Champions.
Mohamed Salah dan rekan-rekan mengalahkan Tottenham Hotspur dua gol tanpa balas pada final yang berlangsung di markas Atletico Madrid. Stadion Wanda Metropolitano bergetar dengan teriakan the Kopites. Kesuksesan besar dimulai.
Setelahnya, Klopp menetapkan standar tinggi dalam timnya. Berbagai trofi bermunculan. Semusim berselang mereka mewujudkan mimpi semua pihak yang terkait dengan klub kota pelabuhan itu.