REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat sejumlah ayat dalam Alquran Al Karim yang secara jelas mengisahkan tentang kebiadaban orang-orang jahiliyah terhadap kaum wanita. Perlakuan buruk terhadap para wanita itu didasari karena persoalan akidah yang melenceng, karut marutnya hukum yang penuh kontradiktif, dan bobroknya akhlak.
Dewan Pakar Pusat Studi Alquran yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail menjelaskan perempuan begitu dipandang negatif dalam pergaulan masyarakat jahiliyah. Bahkan orang-orang jahiliyah menganggap bayi wanita sebagai aib.
Dalam kajian tafsir QS An Nahl ayat 57-59, Prof. Asep menjelaskan bahwa orang-orang Arab pada masa jahiliyah berkeyakinan bahwa Allah itu mempunyai anak wanita. Dan yang dimaksud al banat dalam ayat itu adalah para malaikat. Orang Arab jahiliyah meyakini bahwa malaikat itu anaknya Allah. Pada ayat itu, Allah Subahanahu wa Ta'ala menjawab dengan lafaz subhanahu atau Maha Suci Allah, yang memiliki maksud lain yaitu bahwa keyakinan orang Arab jahiliyah bahwa Allah mempunyai anak wanita itu adalah salah. Sementara orang Arab jahiliyah tidak menyukai anak perempuan.
"Mereka menuduh Allah punya anak perempuan, tapi mereka tidak suka punya anak perempuan. Jadi mereka hanya suka punya anak laki-laki," kata Prof Asep dalam kajian tafsir Alquran di Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran Jakarta beberapa waktu lalu.
Prof Asep menjelaskan beberapa alasan tentang mengapa orang Arab jahiliyah tidak menyukai bayi wanita. Ia menjelaskan orang-orang Arab jahiliyah memandang bahwa anak wanita itu tidak bisa diandalkan dalam banyak hal seperti berebut air, tidak bisa mempertahankan tanah dan rumahnya saat mendapat serangan dari kabilah lain, dan tidak bisa berperang. Wanita dipandang hanya sebagai benalu dalam keluarga.
Karena itu, ketika orang-orang Arab jahiliyah mendapat kabar bahwa istrinya atau saudara perempuannya atau menantu perempuannya melahirkan bayi wanita maka orang-orang jahiliyah itu akan sangat marah, kecewa, merasa malu, karena kelahiran bayi wanita itu. Sebab keluarganya akan dikucilkan, dihina dan direndahkan kaumnya karena memiliki anak wanita.
Menurut Prof Asep, ketika ada anggota keluarga yang akan melahirkan, orang Arab jahiliyah akan menghindari orang-orang dengan membawa wanita yang akan melahirkan ke pedalaman. Orang Arab jahiliyah akan memastikan kelahiran anaknya, bila bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki maka mereka akan buru-buru mengabarkan pada kaumnya dan menggelar pesta hingga berhari-hari.
Namun jika yang dilahirkan adalah bayi perempuan maka orang arab jahiliyah melakukan dua hal. Pertama, bayi perempuan itu akan diberi waktu hidup beberapa lama dengan diberikan kepada orang pedalaman untuk diasuh hingga bisa berjalan. Apabila telah bisa berjalan, anak wanita itu akan dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup oleh ayahnya atau anggota keluarganya. Setelah itu keluarga itu pun akan menutup rapat setiap informasi dari kaumnya. Kedua, ketika mendapati yang dilahirkan adalah bayi wanita maka bayi itu akan langsung dikubur hidup-hidup seketika itu juga di lubang yang telah disiapkan.
Prof Asep menjelaskan apa yang dilakukan orang Arab jahiliyah dengan membunuh bayi yang baru lahir juga dilakukan oleh Fir'aun di Mesir. Perbedaannya Fir'aun membunuh hidup-hidup setiap bayi lelaki yang baru lahir. Fir’aun mempercayai ahli nujum kerajaannya yang mengatakan bahwa kerajaannya akan hancur oleh anak lelaki dari Bani Israel. Sehingga di setiap rumah orang-orang bani Israel yang terdapat ibu yang akan melahirkan maka akan dijaga oleh pasukan Fir'aun. Bila bayi itu wanita maka akan dibebaskan, namun bila bayi yang dilahirkan laki-laki maka akan langsung dibunuh.
Namun demikian, mengutip keterangan Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dzilalil Quran, Prof Asep mengatakan apa yang dilakukan oleh manusia modern saat ini jauh lebih jahat dibanding orang arab jahiliyah maupun pada masa Fira'un. Masyarakat modern tega dengan sadis membunuh bayi yang masih dalam kandungan dengan praktik aborsi.
Kedatangan Islam dengan diutusnya Nabi Muhammad menghentikan setiap praktik biadab orang-orang jahiliyah termasuk membunuh bayi wanita. Menurut Prof Asep kedatangan Islam mengangkat derajat kaum wanita sehingga mulia dan istimewa. Islam tidak membeda-bedakan hak hidup bayi laki-laki dan wanita. Islam pun melarang praktik memperjual belikan wanita.
"Anak perempuan juga diberikan kehormatan bahwa soal ilmu, kesalehan, sosial, itu diperlakukan sama. Islam tidak hanya memberikan kehormatan pada wanita menjadi pendidik di rumah tapi tetap bisa memberi kontribusi masalah sosial," jelas dia.