Rabu 02 Mar 2022 16:53 WIB

Pendiri Dompet Dhuafa Erie Sudewo Bicara tentang Kondisi UMKM di Indonesia

Erie melihat selama ini UMKM hanya menjadi objek bukan subjek

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Pendiri Dompet Dhuafa Erie Sudewo mengatakan selama bergiat di lapangan, ia melihat UMKM hanya menjadi objek dalam upaya memajukan UMKM.
Foto: ROL/Sadly Rahman
Pendiri Dompet Dhuafa Erie Sudewo mengatakan selama bergiat di lapangan, ia melihat UMKM hanya menjadi objek dalam upaya memajukan UMKM.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah pegiat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Barat (Jabar) yang terdiri dari pengusaha, akademisi dan praktisi berbagi pengalaman di tengah kondisi pandemi Covid-19 berkumpul pada acara sharing pengalaman pegiat UMKM dan peluang UMKM di era digitalisasi di Politeknik Bisnis Digital Praktisi di Jalan Purnawarman, Kota Bandung, Rabu (2/3/2022).

Hadir dalam acara Direktur Praktisi Politeknik Bisnis Digital Munir M, Sekretaris Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jabar Suhra, Ketua Umum Kadin Jawa Barat Cucu Sutara. Salah satu pendiri Dhompet Duafa Erie Sudewo turut hadir termasuk pembina UMKM di Indramayu Darwinah.

Baca Juga

Di awal acara, Erie Sudewo yang juga peraih Anugerah Tokoh Perubahan Republika tahun 2017 ini mengajak sejumlah pelaku UMKM untuk hadir di acara sharing pengalaman pelaku UMKM di Politeknik Bisnis Digital Praktisi. Selama bergiat di lapangan, ia melihat UMKM hanya menjadi objek dalam upaya memajukan UMKM.

"Banyak teman saya undang kesini untuk sharing dan melihat, mohon maaf UMKM hanya menjadi objek. Kita tidak serius menjadikan sebagai subjek. Objek dengan subjek berbeda," ujarnya saat memberikan sambutan, Rabu (2/3/2022).

Ia menjelaskan UMKM adalah objek yaitu kebijakan terkait pelaku UMKM berbeda dengan praktik. Tidak hanya itu output (hasil) yang dikeluarkan hanya sebatas di atas kertas dan tidak ada outcome untuk pelaku UMKM.

"Objek itu adalah bahwa UMKM itu sebuah kegiatan yang menjadi agenda dari sebuah lembaga tapi lembaga ini mengalokasikan untuk memandu tapi kebijakan dengan praktik selalu nggak ada terdengar. Selama ini mohon maaf di satu sisi pihak yang mengagendakan UMKM sebagai objek itu sudah disiapkan segala sesuatu sebatas check in check out. Outputnya kertas aja tidak ada outcome cukup sekadar menyelenggarakan kegiatan," katanya.

Ia menuturkan keinginan untuk betul-betul membantu para pelaku UMKM hanya sebatas menyelenggarakan kegiatan. Sebab tidak memiliki kapasitas dan hanya dapat memfasilitasi.

"Kalau subjek saya UMKM, ada kekurangan dikasih tahu, pasar dikasih tahu," ujarnya. Ke depan yang harus diubah yaitu cara pandang pelaku UMKM khususnya mereka yang membantu.

"Kalau UMKM non milenial itu yang harus usaha karena tidak ada pekerjaan kalau tidak usaha mati, jadi dia berjuang bertahan hidup. Beda UMKM milenial dia merancang," ungkapnya.

Sekretaris Dinas UMKM Provinsi Jabar Suhra mengatakan anekdot tentang UMKM yaitu 'usaha maneh kumaha maneh (usaha kamu gimana kamu) diharapkan tidak terjadi di wilayah Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu pihaknya terus berupaya agar mendorong UMKM di Jabar naik kelas.

Di masa pandemi Covid-19, ia menuturkan pelaku UMKM paling terdampak penurunan pendapatan. Kondisi tersebut menjadi tantangan dan peluang agar dapat berevolusi dalam memasarkan produk.

Ia mengatakan saat ini total pelaku UMKM di Jabar mencapai 6,25 juta. Kendala yang dihadapi yaitu masalah perizinan, penerapan teknologi, pemasaran yang rendah. Kondisi tersebut terus diupayakan agar dapat terselesaikan salah satunya bekerja sama dengan marketplace terkait pemanfaatan teknologi digital.

Ketua Umum Kadin Jabar Cucu Sutara mengajak seluruh pelaku UMKM di Jabar untuk memanfaatkan Kadin sebagai rumah besar mendorong UMKM naik kelas. Ia mengungkapkan pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi pelaku UMKM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement