REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Keberadaan bisnis UMKM kuliner di Tanah Air masih banyak yang membutuhkan uluran tangan berbagai kalangan. Masalah permodalan, pemasaran, pengembangan produk dan Sumber daya manusia menjadi persoalan klasik mereka.
Karena itu sejak 2016 lalu Kemenparekraf giat mendorong UMKM kuliner Tanah Air agar mampu mandiri dan berkembang. Upaya itu dilakukan melalui kegiatan Foodstartup Indonesia (FSI) yang setiap tahunnya melibatkan ratusan insan UMKM kuliner Tanah Air. "Melalui ajang ini dapat juga meningkatkan kapasitas Ekraf bersama para stakeholder yang ada. Sehingga nantinya bisa bersama-sama membangun ekosistem dan industri kuliner yang lebih kuat," kata Sandiaga Uno pada sambutan acara kick off FSI 2022, Rabu (2/3/2022).
FSI sendiri awalnya diinisiasi oleh Bekraf dan Foodlab sejak tahun 2016. Kemudian mulai tahun 2020 FoodStartup Indonesia diselenggarakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf dan dikelola oleh Ultra. "Sampai dengan tahun lalu, FSI telah membukukan nilai investasi sebesar Rp 63 miliar lebih kepada peserta Startup kuliner di seluruh Indonesia. Tahun ini masih dengan tujuan yang sama, FSI akan mempertemukan pelaku ekonomi kreatif kuliner baru dengan akses permodalan/pembiayaan," kata Fadjar Hutomo, Deputi Bidang Industri dan Investasi.
Mengusung tema Planet, People and Profit, FSI 2022 mencari bisnis kuliner yang menginspirasi dan berkembang dengan orientasi keseimbangan antara keberlanjutan, dampak sosial, dan profitabilitas. "Seperti tahun sebelumnya, FSI mengkurasi pelaku ekonomi kreatif kuliner dan membuka kesempatan untuk mendapatkan pembiayaan atau permodalan dengan skema pinjaman konvensional/syariah/pembagian laba/pembagian saham. Tahun ini kami ingin melihat aspek keberlanjutan dan dampak sosial yang diciptakan peserta selain faktor profitabilitas usaha", kata Direktur Akses Pembiayaan, Hanifah Makarim.
FSI 2022 menawarkan hal baru dimana berhasil menggandeng Asian Venture Philanthropy Network (AVPN). Berbeda pada pelaksanaan tahun sebelumnya, acara puncak Demoday FSI tahun ini berdampingan dengan AVPN Global Conference 2022. Pada FSI 2020 lalu jumlah peserta mencapai 6500 dan pada tahun 2021 lalu dibatasi hanya 2500 peserta. Namun tahun ini panitia membatasi jumlah peserta pada demo day maksimal hanya 100 peserta.
Keberadaan FSI sendiri bagi hajjah Amilati, salah seorang startup peserta FSI menjadi hal yang positif. Hal ini sebaagai bentuk perhatian pemerintah kepada UMKM kuliner. Amilati sendiri merupakan pengusaha produk kuliner khas betawi seperti kerak telor, bir pletok, putu mayang, geplak yang sudah berjalan sejak 10 tahun lalu. Usahanya telah membuahkan hasil dengan diekspor ke sejumlah negara seperti Rusia, Dubai, dan Malaysia. "Mereka menyukai rempah sebagai pengganti obat kimia yang bagus buat kesehatan," katanya.
Amilati berharap melalui FSI pihaknya akan memperoleh dukungan pelatihan manajemen ataupun pembiayaan dari lembaga pemodal. Sehingga usahanya akan lebih maju.