REPUBLIKA.CO.ID, — Berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat memiliki makna yang luas. Itu akan melahirkan amalan yang terbaik.
Seorang Mukmin akan terpacu memanfaatkan waktunya untuk berbuat kebajikan. Sebesar apa pun itu, meskipun seberat zarah, Allah Ta'ala akan membalasnya.
Dengan segala daya yang dimiliki, berpaculah dalam amal kebaikan sehingga diri kita akan meraih kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat kelak. Dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 148, Allah SWT berfirman:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Tidak ada seorang pun manusia yang mengetahui kapan dan bagaimana akhir kehidupannya. Yang pasti, setiap yang bernyawa akan merasakan kematian.
Bila ajal telah tiba, tak seorang pun mampu menolak atau menangguhkannya walau sesaat pun. Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al Hijr ayat 5 sebagai berikut
مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ “Tidak ada satu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula mengundurkannya.”
Karena itu, penting sekali bagi setiap orang beriman untuk memanfaatkan usia yang tersisa di jalan kebaikan. Salah satu wujud fastabiqul khairat ialah bersegera dalam beramal kebajikan dan ibadah, yang sunah dan terlebih lagi yang wajib.
Jangan berleha-leha, menunda ibadah hingga nanti. Bagaimana mungkin kita yakin bahwa diri ini masih bernapas esok hari, sedangkan rahasia kehidupan hanya diketahui Allah Ta'ala?
Semangat fastabiqul khairat juga dapat mengejawantah dalam komitmen untuk meningkatkan kualitas amalan. Perbuatan-perbuatan baik hari ini seyogianya lebih baik dan bermakna daripada waktu kemarin.
Begitu pula, amalan yang ditarget besok semestinya lebih berkualitas daripada hari ini. Amalan-amalan itu hendaknya selalu dievaluasi, diperbaiki, dan ditingkatkan kualitas, serta kuantitasnya.
Yang patut diperhatikan pula ialah kondisi diri masing-masing. Misalnya, seseorang yang memiliki kelapangan harta atau bahkan kaya hendaknya banyak-banyak bersedekah.
Sementara itu, orang yang sedang mengalami kesempitan finansial dapat meningkatkan ibadah shalat malam atau puasa sunah. Dengan demikian, mereka seluruhnya dapat selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan sesuai kemampuan masing-masing.
Dalam beribadah, seorang Muslim hendaknya mengambil yang paling utama. Sebagai contoh, sholat wajib dapat dilakukan di mana saja. Akan tetapi, sholat berjamaah di masjid memiliki keutamaan daripada shalat yang dilakukan sendirian di rumah.
Contoh lainnya, Islam menganjurkan umatnya untuk bersedekah. Sementara itu, sedekah pada bulan suci Ramadhan sangat disukai Nabi Muhammad SAW.
Meluaskan jangkauan kebaikan juga termasuk semangat fastabiqul khairat. Dengan begitu, dampak positifnya dirasakan tidak hanya umat Islam, tetapi juga seluruh manusia. Prinsip Islam, yakni menyebarkan rahmat kepada sekalian alam (rahmatan lil 'alamin) pun dapat sampai seluas-luasnya.