Kamis 03 Mar 2022 08:14 WIB

Indonesia Diminta Berperan Tangani Konflik Rusia-Ukraina

Indonesia harus mengantisipasi agar tidak menjadi korban perang negara adidaya.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Indira Rezkisari
Seorang pria bersenjata berdiri di Lapangan Independen (Maidan) di pusat Kyiv, Ukraina, Rabu, 2 Maret 2022. Pemimpin Ukraina mengecam eskalasi serangan Rusia di kota-kota padat sebagai kampanye teror terang-terangan, sementara Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa jika Pemimpin Rusia tidak membayar harga untuk invasi, agresi tidak akan berhenti di satu negara.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pria bersenjata berdiri di Lapangan Independen (Maidan) di pusat Kyiv, Ukraina, Rabu, 2 Maret 2022. Pemimpin Ukraina mengecam eskalasi serangan Rusia di kota-kota padat sebagai kampanye teror terang-terangan, sementara Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa jika Pemimpin Rusia tidak membayar harga untuk invasi, agresi tidak akan berhenti di satu negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, berharap Indonesia tidak hanya menjadi penonton atas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Menurutnya Indonesia bisa mengambil perannya dalam memfasilitasi proses munculnya tatanan dunia baru.

"Daripada kita sekedar menjadi penonton, lebih bagus kita memfasilitasi satu proses munculnya satu tatanan dunia baru yang prosesnya tidak seperti proses yang terjadi pada tatanan dunia baru yang ditentukan oleh pemenang perang dunia kedua," kata Anis dalam diskusi daring, Rabu (2/3/2022).

Baca Juga

Menurut Anis, tatanan dunia baru ke depan tidak bisa ditentukan oleh para pemenang sebagaimana yang terjadi pada perang dunia kedua yang lalu.

Melainkan menurutnya ditentukan oleh satu proses rasional masyarakat global.

"Karena kita semakin terintegrasi sekarang ini sehingga bisakah kita menyepakati satu tatanan dunia baru tanpa melalui satu konflik yang terlalu berdarah seperti tatanan dunia baru yang muncul dalam perang dunia kedua yang dibuat oleh para pemenang," ujarnya.

"Menurut saya ini adalah arah politik internasional Indonesia sekarang ini yang harus kita lakukan," imbuhnya.

Anis mengingatkan, agar jangan sampai Indonesia menjadi korban perang sebagaimana yang terjadi saat revolusi industri dan perang pasifik dulu. Indonesia harus segera mengantisipasi  agar tidak menjadi korban perang dari kekuatan negara adidaya.

"Tapi kita berhak untuk mempunyai mimpi yang lebih besar dari itu dan inilah menurut saya terjemahan dan amanah para founding father kita ketika mereka menggariskan falsafah politik luar negeri yaitu falsafah politik bebas aktif," ungkapnya.

Sementara itu Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok 2010-2013, Imron Coton mengatakan peran Indonesia bisa menawarkan sebagai venue pertemuan perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Selain itu Indonesia juga bisa  mengoptimalkan perannya sebagai ketua G20.

"Saran saya Kemlu, Menlu menawarkan hai Rusia dan Ukraina sebagai kapasitas ketua G20 ayo dong datang ke Bali segera mungkin atau dimanapun di Indonesia untuk berunding dalam rangka melakukan ceasfire (gencatan senjata) dan kemudian mencari solusi acceptable to both side," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement