Kamis 03 Mar 2022 09:30 WIB

Delapan Negara Bagian AS Pelajari Dampak Kesehatan TikTok

TikTok adalah salah satu aplikasi yang terbanyak penggunanya secara global.

Red: Indira Rezkisari
Logo aplikasi TikTok.
Foto: AP/Kiichiro Sato
Logo aplikasi TikTok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak delapan negara bagian di Amerika Serikat (AS) termasuk California dan Massachussets mengumumkan berkolaborasi untuk melakukan penyelidikan terkait dampak yang ditimbulkan TikTok pada kesehatan. Penyelidikan akan melihat dampaknya secara fisik ataupun kesehatan mental terhadap para pengguna berusia muda.

Penyelidikan itu disebut juga akan menilai nantinya bahwa adakah andil perusahaan dalam menimbulkan dampak kurang baik terhadap generasi muda. "Penyelidikan berfokus, antara lain, pada metode dan teknik yang digunakan oleh TikTok untuk meningkatkan keterlibatan pengguna muda, termasuk meningkatkan durasi waktu yang dihabiskan di platform dan frekuensi keterlibatan dengan platform," kata Jaksa Agung Massachusetts Maura Healey dalam pernyataannya seperti dilansir dari Reuters, Kamis (3/3/2022).

Baca Juga

Anak usaha milik ByteDance itu sebelumnya pernah mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaannya akan berfokus pada keselamatan pengguna yang lebih muda dan membatasi fitur-fitur layanannya berdasarkan usia. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh We Are Social pada 2022, TikTok telah menjadi aplikasi yang masuk dalam lima teratas pengguna paling banyak secara global dan juga menjadi aplikasi yang menempati urutan pertama untuk aplikasi yang paling banyak diunduh.

Kemudian riset yang dilakukan Omnicore pada 2021 menunjukkan 50 persen pengguna TikTok tergolong dalam kategori usia 34 tahun ke bawah, dengan 32,5 persennya berasal dari usia 10-19 tahun. Dengan kondisi tersebut maka tidak heran pembatasan fitur berdasarkan usia diperlukan TikTok untuk membuat aplikasinya tetap aman digunakan.