Jumat 04 Mar 2022 00:54 WIB

Rusia akan Lanjutkan Operasi Militer Sampai Akhir

Lavrov mengatakan, Rusia tidak memikirkan perang nuklir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 FILE - Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Federasi Rusia, berpidato pada pertemuan puncak tentang Tujuan Pembangunan Milenium di markas besar PBB pada 21 September 2010. Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, Sergey Lavrov mewujudkan postur menantang Kremlin sebagai diplomat top negara dengan campuran kekerasan dan sarkasme.
Foto: AP/Richard Drew, File
FILE - Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Federasi Rusia, berpidato pada pertemuan puncak tentang Tujuan Pembangunan Milenium di markas besar PBB pada 21 September 2010. Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, Sergey Lavrov mewujudkan postur menantang Kremlin sebagai diplomat top negara dengan campuran kekerasan dan sarkasme.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (3/3/2022) meyakini bahwa, beberapa pemimpin asing sedang mempersiapkan perang melawan Rusia. Dia mengatakam, Moskow akan melanjutkan operasi militernya di Ukraina sampai akhir.

Lavrov juga mengatakan, Rusia tidak memikirkan perang nuklir. Lavrov mengatakan, solusi untuk krisis di Ukraina akan ditemukan. Dia meyakini babak baru pembicaraan antara pejabat Ukraina dan Rusia akan dimulai.

Baca Juga

"Pemikiran nuklir terus berputar di kepala politisi Barat tetapi tidak di kepala Rusia. Saya meyakinkan Anda bahwa kami tidak akan membiarkan provokasi apa pun untuk membuat kami tidak seimbang," ujar Lavrov.

Menurut Lavrov, dialog Rusia dengan Barat harus didasarkan pada rasa saling menghormati. Dia menuduh NATO berusaha mempertahankan supremasi. Sementara Rusia memiliki niat baik, dan tidak akan membiarkan siapa pun merusak kepentingannya. Lavrov mengatakan, Moskow tidak dapat mentolerir ancaman militer dari Ukraina. 

"Moskow tidak akan membiarkan Ukraina menjaga infrastruktur yang mengancam Rusia," kata Lavrov.

Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan negara-negara Barat menjatuhkan sanksi keras kepada Moskow. Sanksi ekonomi, perdagangan, hingga boikot di bidang olah raga telah dijatuhkan kepada Rusia. Lavrov mengatakan, meski ada sanksi Rusia tidak merasa terisolasi secara politik.

Lavrov mengatakan, Rusia memiliki informasi bahwa Amerika Serikat khawatir tentang prospek kehilangan kendali atas laboratorium kimia dan biologi di Ukraina. Lavrov juga menuduh Inggris membangun pangkalan militer di Ukraina. 

Pejabat Ukraina menuduh pasukan Rusia menyerang wilayah sipil. Tetapi Lavrov mengatakan, pasukan Rusia memiliki perintah ketat dalam menggunakan senjata presisi tinggi untuk menghancurkan infrastruktur militer. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement