REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Meski Moskow telah mengambil langkah antisipasi luas, tetapi mata uang Rusia rubel terus mencatat penurunan terhadap mata uang asing pada Rabu(2/3/2022).
Nilai tukar mata uang Rusia dengan dolar Amerika Serikat (AS) merosot ke angka 107 pada Rabu siang, naik dari sekitar 76 rubel sebulan yang lalu. Mata uang itu juga kehilangan nilai terhadap euro, dengan nilai tukar mencapai 119 dari 86 dalam jangka waktu yang sama.
Pekan ini, Bank Sentral Rusia menambahkan lebih dari dua kali lipat suku bunga dari 9,5 persen menjadi 20 persen. Pemerintah Rusia juga membatasi transaksi FX, mewajibkan perusahaan yang bergerak dalam perdagangan internasional untuk menjual 80 persen dari pendapatan valuta asing mereka di bank resmi.
Perang Rusia di Ukraina telah disambut dengan kemarahan oleh komunitas internasional, dengan Uni Eropa, Inggris, dan AS menerapkan berbagai sanksi ekonomi terhadap Moskow. Rusia semakin terisolasi setelah pesawat-pesawatnya dilarang terbang di wilayah udara Eropa dan Kanada, dan sejumlah bank Rusia dikeluarkan dari sistem perbankan internasional SWIFT.
Terlepas dari sanksi pemerintah, sistem perbankan internasional dan perusahaan minyak Barat juga telah berusaha untuk menjauhkan diri dari Rusia. Sejauh ini, setidaknya 136 warga sipil telah tewas di Ukraina, termasuk 13 anak-anak, dan 400 lainnya terluka, termasuk 26 anak-anak, menurut angka PBB.
Sekitar 680.000 orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, kata Badan Pengungsi PBB pada Selasa.