Jumat 04 Mar 2022 17:38 WIB

Putaran Kedua Perundingan Rusia-Ukraina Berakhir Tanpa Gencatan Senjata

Prioritas Ukraina dalam pertemuan itu adalah gencatan senjata

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Delegasi Ukraina meninggalkan helikopter militer Belarusia saat mendarat di wilayah Gomel, Belarus, Senin, 28 Februari 2022. Delegasi Rusia dan Ukraina bertemu untuk pembicaraan pertama mereka Senin. Pertemuan tersebut berlangsung di wilayah Gomel di tepi Sungai Pripyat.
Foto: AP/Sergei Kholodilin/BelTA
Delegasi Ukraina meninggalkan helikopter militer Belarusia saat mendarat di wilayah Gomel, Belarus, Senin, 28 Februari 2022. Delegasi Rusia dan Ukraina bertemu untuk pembicaraan pertama mereka Senin. Pertemuan tersebut berlangsung di wilayah Gomel di tepi Sungai Pripyat.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Putaran kedua perundingan antara Rusia dan Ukraina berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata dan perang pun terus berkobar. Delegasi dari Rusia dan Ukraina bertemu di Brest, Belarusia selama beberapa jam. Putaran kedua digelar empat hari setelah putaran pertama.

"Putaran kedua negosiasi telah berakhir. Sayangnya, hasil yang dibutuhkan Ukraina belum tercapai," kata penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak di Twitter setelah usai perundingan, seperti dikutip ABC News, Jumat (4/3/2022).

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan negaranya akan terus menekan agar setiap kesepakatan damai dengan Ukraina harus memasukan janji "demiliterisasi" Ukraina. Rusia juga memberi sinyal ingin membahas agar Ukraina mengadopsi "status netral" dan setuju untuk tidak lagi berambisi bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sebelum pertemuan digelar di media sosial Twitter, Podolyak menulis prioritas Ukraina dalam pertemuan itu adalah "gencatan senjata" dan "koridor kemanusiaan bagi warga sipil yang hendak evakuasi." Sebelumnya pemerintah Ukraina mengatakan mereka ingin Rusia menarik pasukannya dari Ukraina.

Usai perundingan Podolyak kembali mencicit pertemuan itu menghasilkan "hanya solusi untuk koridor organisasi kemanusiaan."Dalam konferensi pers dengan jurnalis asing Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia siap bernegosiasi.

Lavrov mengatakan Rusia akan melanjutkan operasi militer selama proses perundingan berjalan. Ia mengatakan tidak bisa membiarkan "infrastruktur militer" yang mengancam Rusia tetap berada di Ukraina. Ia mengatakan setiap kesepakatan damai harus memasukan poin "demiliterisasi" Ukraina.

Pada Kamis (3/3/2022) kemarin Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan tidak tertarik untuk melakukan demiliterisasi dan menyampaikan peringatan pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Anda akan membayar penuh semua yang anda lakukan pada Ukraina, dan kami tidak akan melupakan mereka yang gugur dan Tuhan juga tidak akan lupa," kata Zelenskyy dalam konferensi pers.

Zelenskyy mengatakan ia siap bertemu dan berbicara secara langsung dengan Putin. Ia juga kembali menyerukan zona "larang terbang" di atas Ukraina. Ia mengatakan langkah itu salah satu tindak pencegahan.

"Kami bangsa yang menghancurkan rencana musuh dalam satu pekan," kata Zelenskyy dalam unggahan di Facebook sebelumnya.

Ia memuji pasukan dan rakyat sipil Ukraina yang angkat senjata membela tanah air mereka. "Saya sungguh mengagumi kepahlawanan warga Konotop, Bashtanka, Energodar, Melitopol (dan) kota-kota dan desa-desa lain yang tidak membiarkan penjajah masuk dengan memblokir jalan. Warga menghadang kendaraan musuh. Ini sangat berbahaya. Tapi ini berani. Ini juga keselamatan," tulis Zelenskyy.

Namun ia mengakui tidak tahu sampaikan Ukraina dapat terus bertahan. Dalam rapat Dewan Keamanan Nasional yang disiarkan televisi, Putin mengatakan operasi militer khususnya ke Ukraina sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditetapkan.

"Semua objektif telah berhasil dicapai," kata Putin.

Tidak hanya gagal mencapai gencatan senjata tapi invasi Rusia ke Ukraina semakin intensif. Pemerintah negara bagian Ukraina mengatakan pasukan militer Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. PLTN yang terletak di sebelah tenggara Ukraina itu merupakan yang terbesar di Eropa.

"Personil operasional (inspektorat nuklir Ukraina) memantau kondisi unit-unit pembangkit listrik," kata pemerintah daerah di media sosial, Jumat (4/3).

Pemerintah Ukraina mengatakan berusaha untuk memastikan operasi dijalankan sesuai dengan persyaratan keselamatan. Ukraina mengatakan pasukan Rusia menyerang PLTN itu pada Jumat dini hari, serangan mengakibatkan gedung latihan lima lantai terbakar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement