Semarang Kembali Genjot Penanganan Stunting
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
ilustrasi Stunting | Foto: Republika/Mardiah
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Di tengah berbagai upaya untuk menangani dan mengendalikan penyebaran Covid-19, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang tetap berfokus pada penanganan terhadap stunting di daerahnya.
Pasalnya stunting masih menjadi problem kesehatan di tengah-tengah masyarakat yang ada di wilayah ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini, hingga harus mendapatkan perhatian serius dari pemangku kebijakan bidang kesehatan.
Berdasarkan data Dinkes Kota Semarang, angka kasus stunting di wilayah Kota Semarang mencapai 2,57 persen pada tahun 2019 lalu. Memasuki tahun 2020 –befrsamaan dengan tahun pertama pandemi Covid-19, angka stunting mengalami kenaikan 0,56 persen atau menjadi 3,13 persen.
Pada tahun 2021 angka kasus stunting memang menunjukkan penurunan, namun hanya sebesar 0,03 persen, menjadi 3,10 persen. Maka pada tahun 2022 ini Dinkes Kota Semarang telah menyiapkan program- program guna menekan angka stunting di wilayah Kota Semarang.
Terkait hal ini, Kepala Dinkes Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam mengungkapkan, Dinkes Kota Semarang telah memulai program penanganan stunting, terutama pada balita di daerahnya.
Beberapa program yang sudah digulirkan di masyarakat antara lain meliputi pemberian makanan tambahan (PMT) serta gizi tambahan.
“Untuk program pemberian makanan tambahan ini, sudah kita mulai per tanggal 1 Maret 2022 kemarin,” jelasnya, melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, di Semarang, Jumat (4/3).
Untuk pemberian makanan tambahan, jelas Abdul Hakam, Pemkot Semarang telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 3 miliar.
Selain pemberian makanan tambahan, juga tambahan asupan gizi melalui pemberian susu. “Untuk susu telah dialokasikan anggaran sekitar Rp 3,7 miliar melalui Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang,” jelasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi juga menyampaikan, Pemkot Semarang untuk tahun ini masih memberikan perhatian serius terhadap persoalan penanganan stunting di daerahnya.
Menurut orang nomor satu di Kota Semarang ini, stunting masih enjadi ‘pekerjaan rumah’ yang masih harus didorong penanganannya.
Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Semarang ke-475 tahun ini, wali kota menghendaki ingar-bingar dalam menyambut peringatannya hari jadi tersebut jangan hanya sebatas pada kegiatan-kegiatan seremonial saja.
Tetapi juga harus disambut dengan berbagai program yang konkret dan menyentuh masyarakat, misalnya untuk mengatasi stunting pada balita, guna mendukung program ‘Semarang Hebat’.
“Bulan Maret ini kita sudah mulai dengan pembagian pemberian makanan tambahan dan susu untuk balita yang masuk kategori stunting," katanya.