Jumat 04 Mar 2022 18:18 WIB

Korsel Longgarkan Pembatasan Covid-19

Pelonggaran pembatasan Covid-19 di Korsel dilakukan demi ekonomi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang menunggu untuk diuji di stasiun pengujian COVID-19 di Seoul, Korea Selatan
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Orang-orang menunggu untuk diuji di stasiun pengujian COVID-19 di Seoul, Korea Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan mengumumkan pelonggaran pembatasan jarak sosial meski jumlah kasus per hari masih tinggi pada Jumat (4/3/2022). Tindakan ini dilakukan dengan pertimbangan ekonomi.

Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan Jeon Hae-cheol mengatakan jam malam di restoran, bar, bioskop, dan bisnis dalam ruangan lainnya akan diperpanjang satu jam yang sebelumnya pukul 22.00  menjadi pukul 23.00 mulai Sabtu (5/3/2022). Dia menyatakan alasan perubahan ini akibat rasa lelah dan frustrasi orang-orang dengan pembatasan yang diperpanjang serta kesulitan mencari pemasukan.

Pemerintah masih mempertahankan batas enam orang pada pertemuan sosial pribadi. Walau telah mengakui ketidakpastian yang ditimbulkan oleh penyebaran Omicron yang semakin cepat yang telah menempatkan negara itu di ambang lonjakan rumah sakit.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea melaporkan 186 kematian dalam 24 jam terakhir, memecahkan rekor satu hari sebelumnya dengan 128 kematian. Sebanyak 266.853 infeksi virus korona yang didiagnosis dalam 24 jam terakhir juga merupakan rekor satu hari dan mewakili peningkatan 60 kali lipat dari tingkat harian pada pertengahan Januari.

Omikron kemungkinan lebih sedikit menyebabkan penyakit serius atau kematian dibandingkan dengan varian delta. Namun rawat inap telah meningkat di tengah skala wabah yang lebih besar.

Ketegangan pada sistem rumah sakit kemungkinan akan memburuk dalam beberapa minggu mendatang, mengingat jeda waktu antara infeksi, rawat inap, dan kematian. Sementara hampir 800 pasien virus berada dalam kondisi serius atau kritis, Wakil Menteri Kesehatan Lee Ki-il mengatakan negara itu tidak dalam bahaya kehabisan tempat tidur rumah sakit. Hampir setengah dari 2.700 unit perawatan intensif ditujukan untuk perawatan Covid-19 masih tersedia.

Lee mengakui bahwa para ahli kesehatan telah menentang pelonggaran pembatasan virus. Namun, dia menyatakan  langkah itu tidak dapat dihindari mengingat kondisi pada bisnis dalam sektor jasa.

"Keputusan tentang langkah-langkah jarak sosial dibuat dengan mempertimbangkan situasi epidemiologis dan mata pencaharian. Saya ingin menekankan bahwa keputusan itu dibuat setelah pertimbangan yang sungguh-sungguh dan hati-hati," kata Lee.

Lebih dari 925.000 pasien dengan Covid-19 bergejala ringan atau sedang telah diminta untuk mengisolasi di rumah untuk menghemat ruang rumah sakit. Negara ini juga telah mengubah kebijakan pengujiannya seputar alat tes antigen cepat. Meskipun ada kekhawatiran atas akurasi dan kecenderungannya untuk hasil negatif palsu, itu perlu dilakukan untuk menyelamatkan tes laboratorium yang diutamakan bagi kelompok prioritas.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement