REPUBLIKA.CO.ID, KORDOBA -- Ahli bedah muslim Abu al Qasim al Zahrawi adalah orang yang lebih maju dari zamannya. Dikenal sebagai bapak bedah operatif, ia menemukan lebih dari 200 alat bedah di abad ke-11. Itu menyelamatkan jutaan nyawa. Sayangnya, ia tidak diberi kredit yang cukup untuk penemuannya.
Dilansir dari laman TRT World, dia Lahir pada 936 di El Zahra dekat Cordoba di Spanyol selatan. Zahrawi tumbuh dewasa pada masa Kekhalifahan Umayyah, salah satu periode paling makmur dalam sejarah Islam.
Sebagai seorang jenius medis, ia menghabiskan lebih dari 50 tahun melayani sebagai dokter pemerintahan untuk khalifah kedua Cordoba, al Hakam II, dan al Mansur, penguasa de facto Muslim Spanyol. Diriwayatkan bahwa silsilah keluarganya berasal dari al Ansar dari al Madina al Munawara (sekarang di Kerajaan Arab Saudi).
Salah satu buku Al Zahrawi yang sangat terkenal adalah 'Al Tasrif'. Ensiklopedia bergambar pertama tentang alat-alat bedah, yang digunakan sebagai manual di universitas-universitas Eropa selama lebih dari 500 tahun. Itu mempengaruhi perspektif ilmiah modern tentang bedah operatif dan berkontribusi pada Renaisans Eropa. Buku ini terdiri dari 30 bab, hasil dari praktik dan pengalaman medis Zahrawi selama 50 tahun.
Umumnya dia dikenal dengan nama latinnya Albucasis. Keterampilan dan pengetahuan al Zahrawi tentang pembedahan membuatnya mendapatkan gelar ahli bedah abad pertengahan terbesar di dunia Islam dan Abad Pertengahan.
Dia memelopori penggunaan catgut untuk jahitan internal dan instrumen bedahnya masih digunakan sampai sekarang. Al Zarhawi dipengaruhi oleh pengobatan penyakit seperti yang diceritakan oleh Nabi Muhammad dan menggunakannya untuk mengobati orang.