Sabtu 05 Mar 2022 16:06 WIB

Korea Selatan, Kiblat K-Pop dan Teknologi yang Hadapi Islamofobia Ganas  

Muslim di Korea Selatan hadapi ancaman xenofobia dan Islamofobia

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Warga melangkah keluar dari sebuah masjid di Seoul. Korea Selatan. Muslim di Korea Selatan hadapi ancaman xenofobia dan Islamofobia
Foto: EPA
Warga melangkah keluar dari sebuah masjid di Seoul. Korea Selatan. Muslim di Korea Selatan hadapi ancaman xenofobia dan Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, DAEGU—Di dalam sebuah rumah dengan pencahayaan minim di lingkungan Daehyeon-dong, Kota Daegu, Korea Selatan, para pemuda Muslim berlutut dan sholat bersama. 

Tapi di luar bangunan itu, tetangga Korea mereka berkumpul dan menunjukkan spanduk protes yang menuduh bangunan ibadah Muslim sebagai sarang teroris dan meminta mereka segera pindah. 

Baca Juga

Kebuntuan yang sangat emosional memang sedang berlangsung. Sekitar 150 Muslim, sebagian besar mahasiswa di Universitas Nasional Kyungpook di dekatnya, mulai membangun sebuah masjid di lahan yang bersebelahan dengan rumah ibadah sementara mereka sekitar setahun yang lalu.  Tapi ketika tetangga Korea mereka tahu, mereka sangat marah.

"Masjid itu akan mengubah lingkungan Daehyeon-dong menjadi daerah kantong Muslim dan daerah kumuh yang dipenuhi kejahatan,” tulis tetangga Korea di papan tanda dan spanduk protes dilansir dari Newyork Times, Selasa (1/3/2022).

"Itu akan membawa lebih banyak kebisingan dan bau makanan dari budaya asing," kata warga lokal menunjukkan pengusiran. 

Tapi mahasiswa Muslim dan pendukung dari warga Korea lain juga melawan dengan alasan bahwa mereka memiliki hak untuk hidup dan berdoa dalam damai di Daegu, salah satu kota paling konservatif secara politik di Korea Selatan.  

“Ada perbedaan antara protes dan pelecehan. Apa yang mereka lakukan adalah pelecehan,"kata Muaz Razaq (25 tahun), PhD.  mahasiswa ilmu komputer yang berasal dari Pakistan. 

Konflik ini telah mengungkap kebenaran yang tidak nyaman di Korea Selatan.  Pada saat negara itu menikmati pengaruh global yang lebih besar dari sebelumnya dengan konsumen di seluruh dunia yang ingin menari mengikuti musiknya, mengendarai mobilnya, dan membeli ponselnya.

Baca juga: Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran

Negara itu juga bergulat dengan gelombang semangat anti-imigran dan Islamofobia yang ganas.  Meski berhasil mengekspor budayanya ke luar negeri, namun lambat menyambut budaya lain di dalam negeri.

Perselisihan masjid telah menjadi titik nyala, bagian dari fenomena yang lebih besar di mana warga Korea Selatan harus menghadapi apa artinya hidup dalam masyarakat yang semakin beragam.  

Kaum Muslim sering menanggung beban rasa was-was rasialis, terutama setelah Taliban mengeksekusi dua misionaris Korea Selatan pada 2007.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement