Sabtu 05 Mar 2022 16:22 WIB

Harga Cabai Naik 100 Persen, Disdagin: Faktor Cuaca

Cabai rawit tidak termasuk daftar komoditas pangan strategis. 

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Pedagang menata cabai rawit di Pasar Kosambi, Kota Bandung. Saat ini harga komoditas sayuran itu naik hingga 100 persen menjadi Rp 80 ribu per kg.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Pedagang menata cabai rawit di Pasar Kosambi, Kota Bandung. Saat ini harga komoditas sayuran itu naik hingga 100 persen menjadi Rp 80 ribu per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tidak hanya harga daging sapi dan daging ayam saja yang kompak naik. Namun, komiditas sayuran seperti cabai rawit merah pun harganya naik hingga 100 persen atau dua kali lipat. 

Berdasarkan pantauan di Pasar Kosambi, Kota Bandung, harga cabai rawit merah naik menjadi Rp 80 ribu per kilo, sebelumnya Rp 40 ribu per kilo. “Semalam naiknya Rp 20 ribu. Pas malem belanja, dari sananya udah Rp 60 ribu sampai Rp 65.000. Jadi, ibu pasti jual Rp Rp 80 ribu untuk jaga-jaga karena banyak yang busuk,” kata Elly, salah satu pedagang di Pasar Kosambi, Sabtu (5/3/2022). 

Saat ini, dirinya  juga tidak berani menyetok. Ini karena (kualitas) cabai lagi jelek, paling banyak lima kilo, karena sehari dua hari juga sudah busuk. 

Srirani, warga Kosambi, mengaku, kenaikan harga cabai ini cukup menyulitkannya, ditambah banyaknya harga komoditi lain yang juga meroket. “Naiknya melejit tinggi, kalau bisa harganya normal lagi lah. Untuk kita mah ibu rumah tangga agak berat kalau harga segitu,” keluhnya. 

Sementara Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, kenaikan harga cabai rawit tidak terlalu membawa pengaruh besar. Karena, cabai rawit tidak termasuk daftar komoditas pangan strategis. 

“Jadi, kami memprioritaskan komoditi yang banyak diperlukan masyarakat, kalau cabai rawit engga masuk, dia termasuk ke jenis pangan relatif, karena kebutuhannya tidak terlalu diprioritaskan,” kata Elly saat dihubungi Republika, Sabtu (5/3/2022).  

Menurut Elly, kenaikan harga ini terjadi karena kondisi cuaca di wilayah produsen. Kenaikan harga cabai di musim penghujan, juga sudah menjadi hal yang biasa terjadi. 

“Saat musim hujan, kualitas cabai jadi berkurang, kadar airnya tinggi dan mudah busuk. Jadi, pedagang juga tidak bisa memasok banyak karena kalau stok banyak tapi tidak laku, bisa cepat busuk. Makanya, kalau musim hujan, harga pasti mahal, ini berlaku untuk semua cabai,” jelas Elly. 

Apalagi, sekarang menjelang ramadhan dan Idul fitri, maka cabai merah tanjung dan keriting pasti melesat harganya. Ini karena memang sangat dibutuhkan untuk bumbu masakan. 

"Makanya, klasifikasinya sama seperti daging, komoditi strategis, dan sudah pasti naik karena adanya peningkatan permintaan di masyarakat,” ucapnya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement