REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Ribuan petugas pemadam kebakaran dan tentara Korea Selatan berjuang melawan kebakaran hutan besar pada Sabtu (5/3/2022). Kebakaran terjadi di wilayah pesisir timur dan mengancam pembangkit listrik tenaga nuklir serta pembangkit listrik tenaga gas alam cair (LNG).
Kebakaran dimulai di sebuah gunung di kota tepi laut Uljin pada Jumat (4/3/2022) pagi. Kebakaran ini telah menyebar di lebih dari 6.000 hektar ke kota terdekat Samcheok, menghancurkan setidaknya 159 rumah dan 46 bangunan lainnya serta mendorong evakuasi lebih dari 6.200 orang.
Belum ada laporan tentang korban luka atau kematian. Menurut Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan, para pejabat sedang menyelidiki penyebab kebakaran yang semakin membesar di tengah angin kencang dan kondisi kering.
Gambar dari Uljin dan Samcheok menunjukkan gumpalan besar asap putih dan abu-abu dari lereng pegunungan yang menutupi pantai timur negara itu. Petugas pemadam kebakaran mengoperasikan selang air di tengah udara yang tebal dan berasap.
Hingga Sabtu sore, sekitar 7.000 petugas pemadam kebakaran, tentara, dan pekerja publik serta 65 helikopter dan 513 kendaraan, dikerahkan untuk memadamkan api. Pengerahan maksimal ini setelah kobaran mencapai Samcheok bergerak ke selatan kembali menuju Uljin akibat hembusan angin.
Menteri Dinas Kehutanan Korea Choi Byeong-am menyatakan, para pejabat berharap dapat memadamkan api saat matahari terbenam. Ratusan petugas pemadam kebakaran bekerja semalam untuk berhasil mencegah api menyebar ke fasilitas produksi LNG di Samcheok, yang terletak di utara Uljin.
Presiden Moon Jae-in mengeluarkan peringatan ketika api mencapai batas pembangkit listrik tenaga nuklir tepi pantai di Uljin pada Jumat sore. Kondisi ini memaksa operator untuk mengurangi operasi hingga 50 persen dan memutus beberapa saluran listrik sebagai tindakan pencegahan. Ratusan petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke pabrik dan mengendalikan api sebelum angin membawanya ke utara menuju Samcheok.