Sabtu 05 Mar 2022 17:25 WIB

Mengambil Hikmah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Mengambil Hikmah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Mengambil Hikmah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW - Suara Muhammadiyah
Mengambil Hikmah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW - Suara Muhammadiyah

Mengambil Hikmah Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat (PK) Surakarta menggelar pengajian virtual dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1443 H pada Rabu (2/3/2022). Hadir sebagai pembicara Ustaz Burhan Shodiq dan diikuti siswa-siswi daring.

Muhdiyatmoko, M.Pd selaku Kepala SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta. mengajak kepada guru, karyawan, dan para siswa untuk mengambil hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Hal itu karena banyak pelajaran yang bisa kita petik dan amalkan dari peristiwa bersejarah tersebut.

“Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa bersejarah yang mengandung dimensi keimanan untuk yakin bahwa Allah SWT yang menghendaki peristiwa tersebut berlangsung, dimensi kekuasaan bahwa kita mengakui kebesaran Allah SWT di atas segala-galanya,” papar Muhdiyatmoko saat sambutan acara tersebut.

Muhdiyatmoko mengajak kepada semua untuk mengambil hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Melalui perintah sholat tersebut terdapat pula dimensi hubungan dengan Allah SWT dan manusia. Kita diberi pelajaran untuk selalu disiplin, bersuci, beradab, dan mampu menjalin hubungan sesama manusia dengan penuh rasa penghargaan dan kasih sayang.

“Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk sholat lima waktu maka mari kita disiplin dalam melaksanakan sholat berjamaah,” jelasnya.

Ustaz Burhan Shodiq sebagai pembicara mengawali pembahasan tema dengan menceritakan kisah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, dalam perjalanan Isra’ Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu dilanjutkan ke sidratul muntaha bertemu Allah SWT. Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat lima waktu.

“Isra’ Mi’raj adalah mukjizat dari Allah SWT yang diberikan kepada Rasulullah SAW pada sepuluh tahun setelah kenabian. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi sebagai hiburan untuk Rasulullah SAW karena ditinggal dua orang yang disayangi, istri Kodijah dan Paman Abu Thalib,” terang Ustaz Burhan Shodiq.

Mengapa peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut Rasulullah SAW justru mendapatkan syariat salat? Kita bisa mengambil hikmah adalah jikalau kita dalam posisi galau, gelisah, sedih, insecure maka kita melaksanakan sholat. Pertanyaan berikutnya, sholat berperan sebagai apa? Apakah sekadar menggugurkan kewajiban atau sholat menjadi kebutuhan?

“Allah SWT akan selalu bersama kita, membersamai setiap kehidupan kita dan memberikan pertolongannya. Jika kita sedih, suntuk, insecure maka kita mendirikan sholat agar bisa mendapatkan pencerahan,” jelasnya

Ustaz Burhan Shodiq mengajak kepada semua untuk tidak menjadikan sholat sebagai beban, melainkan kebutuhan agar Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita semua dalam setiap masalah kehidupan.” Jelasnya.

Ustaz Muhammad Arif Wicagsono selaku ketua panitia menyampaikan bahwa hari besar Islam salah satunya peristiwa Isra’ Mi’raj selalu diperingati sekolah sebagai wahana edukasi dan motivasi kepada para siswa sehingga penguatan-penguatan karakter religius tetap terjaga. (Aryanto)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement