REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- The International Monetary Fund (IMF) mengatakan, perang di Ukraina akan memberikan dampak yang parah pada perekonomian global. Hingga saat ini, Rusia masih mempertahankan serangannya ke negara tersebut.
IMF mengungkapkan, perang di Ukraina telah mendorong lonjakan harga energi dan biji-bijian. “Perang yang sedang berlangsung dan sanksi terkait juga akan berdampak parah pada ekonomi global,” kata IMF dalam sebuah pernyataan, Sabtu (5/3/2022).
Barat diketahui telah menjatuhkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Rusia. Salah satu yang cukup memukul adalah, dikeluarkannya Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia.
SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.
Menurut IMF, serangan Rusia telah menyebabkan lebih dari 1 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. IMF mengungkapkan, mereka bakal membahas proposal Ukraina tentang permintaan dana darurat sebesar 1,4 miliar dolar AS ke dewan. Permintaan itu diharapkan dapat disetujui awal pekan depan.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Moskow. Menurut Putin, sanksi tersebut mirip dengan deklarasi perang. “Sanksi yang dikenakan ini mirip dengan deklarasi perang, tapi syukurlah tidak sampai ke sana,” kata Putin saat berbicara kepada sekelompok pramugari wanita di pusat pelatihan Aeroflot dekat Moskow, Sabtu.
Putin menegaskan kembali bahwa tujuan negaranya menggelar operasi militer di Ukraina adalah untuk membela komunitas berbahasa Rusia di sana. Caranya melalui “demiliterisasi” dan “de-Nazifikasi” Ukraina sehingga ia menjadi netral.
Baca juga:
Harga Barang Naik, Kantor Staf Presiden Minta Masyarakat Kurangi Produk Impor