REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Kepala staf umum angkatan bersenjata Ukraina, pada Ahad (6/3/2022), mengklaim lebih dari 11 ribu tentara Rusia telah tewas sejak melancarkan serangan pada 24 Februari lalu. Sehari sebelumnya, yakni pada Sabtu (5/3/2022), Kiev menyebut korban di pihak Rusia melampaui 10 ribu orang.
Kendati melaporkan jumlah korban di pihak Rusia, Ukraina belum merilis angka resmi tentang berapa banyak tentaranya yang telah gugur sejak pertempuran dimulai pada 24 Februari lalu. Menurut laporan media Ukraina, Kharkiv, kota terbesar kedua di negara tersebut, masih menjadi salah satu medan pertempuran.
Angkatan bersenjata Ukraina mengungkapkan, mereka pun masih melakukan operasi pertahanan di Donetsk timur, Chernihiv, dan di beberapa daerah lainnya. Menurut laporan intelijen militer Inggris, Ukraina terus mengejutkan Rusia dengan skala dan kekuatan perlawanannya.
Hingga berita ini ditulis, jumlah warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga diperkirakan mencapai 1,5 juta orang. Pekan lalu, Uni Eropa mengungkapkan bahwa mereka menghadapi krisis kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu sehubungan dengan konflik antara Rusia dan Ukraina.
“Kami menyaksikan apa yang bisa menjadi krisis kemanusiaan terbesar di benua Eropa kami selama bertahun-tahun. Kebutuhan meningkat saat kita berbicara,” kata Komisaris Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis Janez Lenarcic dalam konferensi pers di Brussels, Belgia, pada 27 Februari lalu.
Dia menyampaikan kekhawatiran tentang mulai munculnya arus pengungsi dari Ukraina. “Untuk situasi kemanusiaan secara keseluruhan, jumlah pengungsi yang diperkirakan saat ini lebih dari 7 juta,” ucapnya.
Mengutip perkiraan PBB, Lenarcic mengungkapkan, sekitar 18 juta warga Ukraina akan terkena dampak konflik dalam hal kemanusiaan di negaranya atau negara tetangga. Akan ada pula 7 juta pengungsi internal. Sementara, pengungsi yang melarikan diri ke negara lain bisa mencapai 4 juta orang. “Meskipun ini perkiraan yang sangat kasar, angkanya sangat besar, dan kami harus bersiap untuk keadaan darurat semacam ini, yang merupakan proporsi historis,” katanya.
Baca juga:
Harga Barang Naik, Kantor Staf Presiden Minta Masyarakat Kurangi Produk Impor