REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG — Halaqah Lingkungan Hidup yang digelar dalam rangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-99 NU, berhasil merumuskan tiga hal terkait dengan persoalan perkebunan sawit. Di antaranya terkait rumusan peremajaan sawit rakyat dan program perhutanan sosial.
Dalam rangkaian Harlah ke-99 NU, telah digelar Halaqah Lingkungan Hidup, Temu UMKM dan Petani Sawit. Kegiatan halaqah digelar pada 4-5 Maret 2022 di GOR Dempo Jakabaring Sport City (JSC), dan dihadiri ratusan peserta. Mereka adalah perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatra Selatan, PCNU, dan MWCNU se- Sumsel.
Forum Halaqah ini berhasil membuat tiga rumusan. “Hasil rumusannya setelah dirumuskan tim perumus dari perwakilan provinsi dan cabang adalah sebagai berikut,” kata Wakil Ketua Umum PBNU, Nusron Wahid, saat penutupan, di GOR Dempo JSC, Sabtu (5/3/2022).
Adapun ketiga rumusan itu: Pertama, terkait program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), skema pengajuannya dilakukan melalui satu komando koperasi primer, yakni Koperasi Petani Sawit Nahdlatul Ulama (Koptasinu). “Sehingga nanti status teman-teman semua di cabang dan wilayah adalah menjadi operator dalam melaksanakan program ini,” kata Nusron.
Kedua, berkenaan dengan program perhutanan sosial, strateginya adalah baik pengurus ranting, MWCNU, dan PCNU se-Sumatra diharuskan mempunyai kelembagaan koperasi.
Hal ini untuk segera bisa memulai partisipasi dalam akselerasi distribusi perhutanan sosial kepada masyarakat Indonesia yang belum mempunyai lahan, serta membutuhkan lahan untuk berkehidupan produktif. “Karena itu, sebentar lagi mohon dikoordinasi masing-masing PWNU dan PCNU untuk menindaklanjutinya paling lambat satu bulan,” papar Nusron.
Rangkaian Harlah NU di Wilayah Barat resmi berakhir hari ini. Nusron pun menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang turut mensukseskan acara, baik panitia maupun peserta. “Kegiatan kita yang padat sejak Kamis hingga Sabtu ini tetap utuh melangsungkan 9 rangkaian kegiatan dengan sempurna,” ungkapnya.