REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka obesitas di Indonesia terus bertambah dalam satu dekade terakhir. Dokter Spesialis Gizi Johanes Casay Chandrawinata mengatakan, ada beberapa penyebab kegemukan masih terjadi, termasuk perubahan pola makan. Johanes mengutip hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2018 lalu bahwa sedikitnya 21 persen penduduk Indonesia mengalami obesitas.
"Sekarang jumlah obesitas mungkin bertambah karena beberapa penyebab. Di antaranya perubahan pola makan yang sekarang lebih banyak konsumsi makanan siap saji, misalnya dari negara barat," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (6/3/2022).
Dia menambahkan, makanan siap saji kini ada dimana-mana dan disukai masyarakat. Masyarakat berbondong-bondong mengonsumsi makanan jenis ini. Apalagi, dia menambahkan, harga fast food cukup murah dibandingkan mempersiapkan makanan sendiri yang kadang-kadang lebih mahal harganya. Selain itu, kelebihan makanan siap saji dirasa menguntungkan bagi pekerja yang tidak memiliki banyak waktu dan makanan ini siap disantap dalam waktu singkat.
"Padahal, kita tahu makanan siap saji ini tinggi kalori dan tinggi lemak. Kemudian setelah dikonsumsi, asupan kalori meningkat pesat," ujarnya.
Ia juga menyoroti mayoritas penduduk Indonesia menyukai makanan yang tinggi kalori, contohnya nasi padang. Menurutnya, hampir semua orang suka nasi padang meski kalorinya tinggi dan bersantan, kemudian makanan di Jawa Barat kebanyakan digoreng dan di daerah lain juga sama. Padahal, ia mengingatkan semua makanan itu mengandung tinggi kalori. Persoalan semakin ditambah dengan teknologi modern sistem pelayanan pesan makanan lewat dalam jaringan (daring) yang diiming-imingi dengan promo atau diskon. Ini kemudian merangsang masyarakat memesan makanan secara daring. Johannes menjelaskan, makanan yang dijajakan lewat daring ini mengandung tinggi kalori dan gizinya tidak sehat karena kalorinya berlebihan.
"Jika asupan kalori tinggi seharusnya diimbangi dengan aktivitas fisik yang juga tinggi. Tetapi kita tahu, masyarakat Indonesia bukan pecinta olahraga," katanya.
Ia menambahkan, hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang melakukan dan suka berolahraga secara teratur. Sedangkan lainnya atau kebanyakan orang tidak berolahraga. Persoalan ditambah dengan adanya kerja dari rumah (WFH), sekolah jarak jauh yang tentu menghilangkan kesempatan beraktivitas fisik di sekolah atau kalau ada di gym banyak yang dibatasi jumlah pengunjungnya dan membuat orang tak bebas bergerak. Padahal, ia mengingatkan seharusnya setiap orang beraktivitas fisik 3 jam setiap pekannya atau setengah jam per hari. Minimal biaa jalan kaki yang tidak membutuhkan banyak biaya. Selain itu, ia meminta masyarakat mengatur pola makan dengan menerapkan isi piringku.
"Ini bisa dijadikan rujukan dan masyarakat menerapkan gizi seimbang," katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obesitas merupakan masalah global yang terus terjadi di negara maju dan berkembang. Budi menjelaskan selain memiliki dampak pada kesehatan, obesitas dapat mempengaruhi perekonomian. Ia menambahkan, spekturm penyakit obesitas sangatlah luas yang dimulai dari bayi hingga lansia. Dalam satu dekade terakhir, angka obesitas di Indonesia terus meningkat.