Senin 07 Mar 2022 11:28 WIB

Jerman Tolak Klaim Rusia Perangi Nazisme di Ukraina

Kedutaan Jerman di Afrika Selatan menuduh Rusia 'membantai anak-anak tak berdosa, perempuan dan laki-laki demi keuntungannya sendiri' - Anadolu Agency

Red: Esthi Maharani
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

ANKARA -- Kedutaan Besar Jerman di Afrika Selatan pada Ahad (6/3/2022) mengatakan Rusia membantai warga sipil tak berdosa di Ukraina demi menguruk keuntungan sendiri. Hal itu sebagai responsposting media sosial kedutaan Rusia di Afrika Selatan. Kedutaan Jerman mengatakan di Twitter bahwa mereka tidak bisa tinggal diam atas klaim oleh pihak Rusia, karena "terlalu sinis."

“Apa yang dilakukan Rusia di Ukraina adalah membantai anak-anak, perempuan dan laki-laki yang tidak bersalah untuk keuntungannya sendiri.

Baca Juga

“Ini jelas bukan 'memerangi Nazisme.' Memalukan siapa pun yang melakukan ini. (Sayangnya, kami agak ahli tentang Nazisme),” tulis kedutaan Jerman.

Kedutaan Rusia di Afrika Selatan sebelumnya membagikan sebuah posting di Twitter dengan mengatakan: “Pelanggan yang terhormat, kami telah menerima banyak sekali surat solidaritas dari orang Afrika Selatan, baik individu maupun organisasi. Kami menghargai dukungan Anda dan senang Anda memutuskan untuk berdiri bersama kami hari ini, ketika Rusia, seperti 80 tahun yang lalu, memerangi Nazisme di Ukraina!”

Setidaknya 364 warga sipil telah tewas dan 759 lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia melancarkan perang pada 24 Februari, menurut data PBB. Jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan akan lebih tinggi.

Lebih dari 1,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, menurut badan pengungsi PBB. Serangan Rusia telah mendapat protes dari komunitas internasional di mana Uni Eropa, Inggris dan AS memberlakukan berbagai sanksi ekonomi di Moskow.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement