REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Beijing di Ukraina mengatakan sebagian besar dari sekitar 6.000 warga negara China telah dievakuasi dari Ukraina. Evakuasi dilakukan di tengah meningkatnya serangan Rusia.
Seperti dilansir dari Channel News Asia pada Senin (7/3), dalam minggu-minggu menjelang konflik, media pemerintah China menolak peringatan Amerika Serikat tentang invasi Rusia yang akan segera terjadi. Tidak seperti banyak negara Barat, Beijing menunggu sampai setelah perang pecah pada 24 Februari untuk memberi tahu warganya agar mengungsi.
"Saat ini, sebagian besar rekan senegaranya China di Ukraina telah dievakuasi. Lalu, situasi tegang di Ukraina terus memburuk. Kedutaan besar China di Ukraina dengan sungguh-sungguh mengingatkan warganya yang tersisa untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin," kata kedutaan dalam sebuah pernyataan media sosial.
China telah berjalan di atas tali diplomatik selama krisis. Mereka menolak untuk mengutuk sekutu dekatnya Rusia yang telah menjadi sasaran rentetan sanksi internasional. Beberapa warga Tiongkok melaporkan permusuhan atau kekerasan dari penduduk setempat atas dukungan yang dirasakan pemerintah Tiongkok terhadap Moskow.
Pekan lalu, kementerian luar negeri China mengatakan telah membantu sekitar 3.000 warga negara China untuk mengungsi, sebagian besar melalui transportasi darat setelah Ukraina menutup wilayah udaranya. Penerbangan evakuasi carteran pemerintah pertama mendarat di China pada Sabtu dari Rumania.
Ketika konflik semakin memburuk, seorang warga negara China terluka oleh peluru minggu lalu saat mencoba melarikan diri ke Ukraina barat. Beijing belum mengkonfirmasi siapa yang melepaskan tembakan. Menteri luar negeri China mendesak Ukraina untuk mengambil tanggung jawab internasionalnya dalam menjaga keamanan warga China, selama panggilan telepon dengan mitranya dari Ukraina pekan lalu.
Dalam beberapa hari terakhir, ada laporan tentang tentara Rusia yang melanggar perjanjian gencatan senjata dan menargetkan warga sipil. Kota-kota yang terkepung berusaha membangun koridor kemanusiaan untuk tujuan evakuasi.