REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menuduh pasukan Ukraina berencana meledakkan reaktor nuklir eksperimental di Pusat Penelitian Nasional Institut Fisika dan Teknologi Kharkov. Pasukan Rusia bakal dijadikan kambing hitam atas aksi tersebut.
“Pasukan keamanan Ukraina bersama dengan militan dari batalion Azov sedang merencanakan provokasi dengan kemungkinan kontaminasi radioaktif di daerah dekat kota Kharkov,” kata Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia, Senin (7/3/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Kemenhan Rusia menyebut, kelompok nasionalis Ukraina menambang reaktor di sistem nuklir eksperimental yang berada di Pusat Penelitian Nasional Kharkov. “Militer Ukraina dan gerilyawan batalion Azov berencana meledakkan reaktor dan menuduh angkatan bersenjata Rusia diduga meluncurkan serangan rudal pada sistem nuklir eksperimental tersebut,” katanya.
Pasukan Rusia diketahui telah menguasai reaktor nuklir Chernobyl milik Ukraina. Reaktor nuklir terbesar di Eropa itu sudah tidak aktif sejak insiden ledakan pada 1986. Namun dengan dikuasainya situs tersebut, pasukan Rusia mempunyai akses lebih terbuka untuk melancarkan serangan ke ibu kota Kiev.
Pasukan Rusia juga berhasil menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di tenggara Ukraina. Api sempat berkobar di PLTN tersebut saat tentara Rusia berusaha merebutnya dari pasukan Ukraina. Namun kobaran api tidak berasal dari reaktor, melainkan fasilitas pelatihan di kompleks PLTN.
Kobaran api di PLTN Zaporizhzhia sempat memicu kepanikan. Sebab jika insiden seperti Chernobyl terulang, kekuatan ledakan di situs tersebut bisa sepuluh kali lebih besar. Kontaminasi radioaktif tak hanya bakal menyelubungi Ukraina dan Rusia, tapi juga Eropa.
Kendati demikian, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut, PLTN Zaporizhzhia tidak terdampak oleh kobaran api dari fasilitas pelatihan. IAEA pun memastikan tidak ada perubahan tingkat radiasi di sana.