REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga Batubara merangkak naik bahkan sempat menyentuh angka 440 dolar AS per ton pada pekan lalu. Namun, meningkatnya harga batubara tak membuat PT Bukit Asam Tbk meningkatkan volume ekspor secara signifikan.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menilai, PTBA tak hanya mengejar profit. Sebagai BUMN, kata Arsal PTBA tetap akan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan DMO yang ditetapkan pemerintah.
"Ekspor, yang jelas di RKAP kita sudah mendapatkan persetujuan untuk kewajiban kita minimum 25 persen harus untuk DMO. Jadi kami, dari PTBA akan ikutin aturan aturan dalam RKAP. Tambahan porsi ekspor, tentunya kembali ke RKAP. Tapi PTBA sebagai BUMN tentunya tidak mengejar keuntungan tetapi kami juga harus memprioriitaskan kebutuhan dalam negeri," ujar Arsal dalam konferensi pers, Senin (7/3).
Hal ini juga tercermin pada kinerja 2021 yang mana 57 persen untuk pasar domestik dan 43 persen untuk pasar ekspor.
Direktur Pengembangan Bisnis PTBA Rafli Yandra menjelaskan secara porsi PTBA tidak akan mengubah komposisi antara domestik maupun ekspor. Namun, melihat target produksi yang cukup agresif pada tahun ini maka secara volume alokasi ekspor tetap akan bertambah.
"Tetapi secara quantity bertambah. Tahun ini total produksi kita bisa 35 juta ton," ujar Rafli.
Selain itu, PTBA juga meningkatkan pendekatan kepada consumer tetap luar negeri dengan kontrak jangka panjang penjualan dengan index link. Negara tujuan juga masih sama seperti Cina, Taiwan, Thailand dan Vietnam.
"Kami tentu juga melihat pergerakan harga ini. Dimana kami tetap akan memanfaatkan potensi ekspor ini tanpa kami mengurangi porsi kebutuhan domestik," ujar Rafli.