Senin 07 Mar 2022 19:01 WIB

Pemprov Jabar Sebut Kasus Covid 19 Semakin Turun

Sekda Jabar sebut kasus harian saat ini 4 ribu turun dibandingkan sebelumnya 16 ribu

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang vaksinator memberikan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada warga di Polsek Sukasari, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (5/3/2022). Pemerintah Kota Bandung tengah bersiap menuju perubahan dari pandemi COVID-19 ke endemi dengan salah satu cara yaitu melakukan percepatan vaksinasi yang hingga saat ini pencapaian vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 112 persen, dosis kedua 100 persen dan dosis ketiga mencapai 15 persen.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Seorang vaksinator memberikan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada warga di Polsek Sukasari, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (5/3/2022). Pemerintah Kota Bandung tengah bersiap menuju perubahan dari pandemi COVID-19 ke endemi dengan salah satu cara yaitu melakukan percepatan vaksinasi yang hingga saat ini pencapaian vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 112 persen, dosis kedua 100 persen dan dosis ketiga mencapai 15 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat kasus Covid-19 cenderung menurun. Terutama, setelah melewati momen libur panjang pada kalender Februari lalu.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmadja, yang harus terus diakselerasi saat ini adalah distribusi vaksinasi kepada semua lapisan masyarakat.

Baca Juga

Penurunan kasus, kata dia, terjadi dalam berbagai indikator. Dari sisi kasus harian berada di angka 4 ribu kasus per hari setelah sebelumnya menyentuh 16 ribu kasus per hari.

Hal lain, kata dia, adalah tingkat kepatuhan yang cenderung meningkat, khususnya di area penggunaan masker dan jaga jarak.

“Kasus harian saat ini ada kecenderungan menurun. Di awal Februari sempat mencapai 16 ribu per hari, hari ini kita di angka 4 ribuan. Indikator yang selalu dipantau adalah keterisian rumah sakit atau BOR (Bed Occupancy Rate),” ujar Setiawan di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (7/3).

Saat ini, kata dia, apabila pembandingnya jumlah total kapasitas rumah sakit, khususnya kamar yang covid-19.

"Kita ini berada di angka 25, 9 persen. Mudah-mudahan tidak terus meningkat, karena posisi ini menurun dari sebelumnya 30 persen," katanya.

Saat ditanya mengenai peningkatan kasus yang sempat terjadi, Setiawan mengatakan tren itu terjadi setiap ada momen libur panjang. Namun, ia mengklaim sudah diprediksi dan diantisipasi. 

Menurutnya, saat momen liburan Jawa Barat merupakan salah satu tujuan dari masyarakat. Khususnya dari wilayah Jakarta yang dikenal pula sebagai episentrum virus Covid-19.

“Kasus tertinggi asalnya kan dari Jakarta. Saat liburan banyak yang ke Jabar. Ketika kita pantau, akhirnya kasus terkonfirmasi positif itu banyak di Jabar. saya mengamati setiap ada liburan panjang, pasti di jabar (kasus) meningkat,” paparnya.

Setiawan mengatakan, komposisi sumbangan kasus di wilayah aglomerasi Bodebek dan Bandung Raya kontribusinya bergeser. "Dulu kurang lebih 40 persen kontribusi di Bodebek, 30 persen di Bandung Raya. Sekarang kebalik. Itu pergeseran dari liburan tadi. Karena Bodebek itu tidak terlepas dari Jakarta. Kalau Jakarta menurun, Bodebek ikut turun,” paparnya.

Hal krusial saat ini, kata dia, adalah kedisiplinan mengenakan masker dan akselerasi vaksinasi Covid-19. Tingkat vaksinasi untuk masyarkat umum dosis I mencapai 88,9 persen dosis I, dosis II sudah hampir menyentuh 70 persen. 

Lalu, kata dia, kelompok rentan, seperti lansia realisasi vaksinasi dosis I sudah di atas 70 persen, dosis II mengejar 70 persen, begitu pula dengan sasara anak-anak. Angka itu harus terus ditingkatkan meski sudah ada isu-isu mengenai perubahan pandemi Covid-19 menjadi endemi.

“Kunci vaksinasi harus diakselerasi tadi diberi arahan ke kabupaten kota. Yang namanya varian covid-19 terus kita pantau tidak hanya Jabar, tapi nasional. beberapa sifat dikenal, omicron efeknya tidak sehebat delta. kita juga menjaga agar omicron tidak kena ke kelompok rentan, terutama yang punya komorbid,” kata Setiawan.

Terkait endemi, kata dia, tentu saja menunggu juklak dari pemerintah pusat. "Ketika mendeclare, pandemik ke endemik ini kan ga bisa sepihak, harus secara nasional sedang digodok Kemenkes. Misalkan kelompok yang terkena omicron, 3 hari batuk dan sembuh, itu menggeser pandemi jadi endemik. Seperti flu biasa kan flu menular, tapi flu tidak lagi menakutkan kan,” kata Setiawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement