Senin 07 Mar 2022 21:05 WIB

Saat Arsenal Berpaling dari Oezil dan Standar Ganda The Gunners

Arsenal dianggap menerapkan standar ganda dalam menyikapi isu politik internasional.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Mantan pemain Arsenal yang kini membela klub Turki Fenerbahce, Mesut Oezil.
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Mantan pemain Arsenal yang kini membela klub Turki Fenerbahce, Mesut Oezil.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Arsenal dianggap menerapkan standar ganda dalam menyikapi dukungan ataupun pernyataan terkait isu-isu politik internasional. Anggapan ini muncul usai unggahan Arsenal di akun media sosial yang secara terbuka memberikan dukungan kepada Ukraina usai invasi Rusia terhadap negara pecahan Uni Sovyet tersebut.

Sikap ini bertolak belakang dengan pernyataan klub asal London Utara itu pada 2019 silam. Hanya berselang tiga tahun, sikap Arsenal berubah 180 derajat. Pada saat itu, the Gunners telah menegaskan tidak akan terlibat dalam berbagai isu-isu politik yang tengah berkembang.

Baca Juga

''Sebagai klub sepak bola, Arsenal akan selalu berupaya menegakkan prinsip untuk tidak terlibat dalam isu politik apapun,'' tulis pernyatan resmi Arsenal seperti dilansir The Guardian.

Sikap the Gunners itu memang tidak terlepas dari pernyataan gelandang kelahiran Jerman, Mesut Oezil. Gelandang serang keturunan Turki itu sempat mengunggah pesan di akun media sosialnya soal ketidakadilan yang dialami Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Cina.

Oezil secara terbuka memberikan dukungan kepada Muslim Uighur, yang mengalami persekusi dan diskriminasi dari Pemerintah Cina. Mantan gelandang serang Real Madrid itu tidak hanya mengecam kebijakan Pemerintah Cina, tapi juga berharap adanya dukungan Muslim di seluruh dunia terhadap warga Uighur.

Jutaan Muslim Uighur sempat dilaporkan harus menjalani program asimilasi dari Pemerintah Cina dan ditempatkan dalam pusat-pusat karantina. Kebijakan Pemerintah Cina ini sempat mendapatkan sorotan dan kecaman dari berbagai pihak, termasuk PBB dan sejumlah lembaga pengawas hak asasi manusia internasional.

''Warga Turkistan Timur (merujuk pada Muslim Uighur) coba dipisahkan dari agamanya. Mereka (Cina) menutup masjid, madrasah, membakar Al Quran, dan membutuh satu per satu pemuka agama,'' tulis Oezil di akun media sosialnya pada saat itu.

Namun, dalam merespons pernyataan Oezil itu, Arsenal lebih memilih menarik diri. The Gunners menegaskan, pernyataan itu merupakan pendapat pribadi eks gelandang serang timnas Jerman tersebut. Sikap ini kemudian diikuti dengan pernyataan tegas Arsenal untuk tidak mau terlibat dalam isu-isu politik.

Kabarnya, respons Arsenal terhadap pernyataan Oezil ini merupakan upaya the Gunners untuk melindungi kepentingan bisnis dengan sejumlah pihak di Cina. Tidak hanya itu, komentar pedas Oezil itu pun berbuntut panjang.

Oezil sempat dibekukan dari skuad the Gunners. Ujungnya, Oezil akhirnya hijrah ke Fenerbahce pada Januari 2021.

Dalam sebuah wawancara dengan The Athletic pada 2020, Oezil sempat menyesalkan sikap the Gunners tersebut. Menurutnya, komentarnya soal Muslim Uighur bukan semata-mata soal isu politik, tapi juga soal kesetaraan dan pengakuan terhadap hak asasi manusia.

''Saya telah memberikan banyak hal buat Arsenal, tidak hanya di dalam lapangan, tapi juga di luar lapangan. Namun, respons mereka saat mengecewakan. Mereka mengatakan tidak mau terlibat dalam isu politik. Ini bukan semata-mata isu politik, ini soal melawan ketidakadilan. Apapun agama dan warna kulit Anda, semua orang sama,'' tegas Oezil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement