Selasa 08 Mar 2022 07:10 WIB

AS Prediksi Kiriman Senjata ke Ukraina akan Lebih Sulit

Proses pengiriman bantuan senjata AS ke Ukraina kemungkinan akan lebih sulit

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Seorang pria bersenjata berdiri di dekat barikade selama alarm serangan udara di Maidan Square, di Kyiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Seorang pria bersenjata berdiri di dekat barikade selama alarm serangan udara di Maidan Square, di Kyiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID – Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman mengatakan, negaranya mungkin akan menghadapi kesulitan dalam memberikan bantuan senjata ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang. Saat ini Rusia diketahui masih intens melancarkan serangan dan mulai menguasai beberapa wilayah di Ukraina.

“Sangat penting bahwa apa yang kami kirimkan adalah apa yang diminta (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky. Dia tahu apa yang dibutuhkan militernya,” kata Sherman dalam sebuah konferensi pers di sela-sela kunjungannya ke Madrid, Spanyol, Senin (7/3/2022).

Baca Juga

Menurutnya, dalam beberapa hari mendatang, proses pengiriman bantuan senjata ke Ukraina kemungkinan akan lebih sulit. “Kami harus menemukan cara lain untuk menanganinya,” ucapnya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Pada Senin lalu, Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan pembentukan koridor kemanusiaan baru di empat kota Ukraina, yakni Kharkiv, Kiev, Mariupol, dan Sumy. Menurut peta yang diterbitkan kantor berita RIA Novosti, koridor dari Kiev akan mengarah ke Belarusia. Sementara warga sipil dari Kharkiv, hanya diizinkan pergi ke Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, mereka juga bakal menyediakan penerbangan untuk mengangkut warga sipil Ukraina dari Kiev ke Rusia.

Pemerintah Ukraina telah mengkritik dan menolak pembentukan koridor kemanusiaan baru Rusia tersebut.  Sebab warga sipil yang dievakuasi oleh Moskow akan dibawa ke Rusia dan Belarusia. “Ini bukan pilihan yang dapat diterima,” kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk.

Pengumuman Rusia tentang pembentukan koridor kemanusiaan baru muncul setelah gagalnya gencatan senjata dengan Ukraina. Hal itu membuat setidaknya 200 ribu warga sipil gagal melarikan diri dari kota Mariupol yang terkepung. Mereka terperangkap tanpa makanan dan air. Sebab Rusia masih intensif melakukan pemboman ke wilayah tersebut.

Pemboman tanpa henti juga mengakibatkan proses evakuasi terhadap warga yang terluka tak dapat dilakukan. Menurut otoritas Ukraina, separuh warga yang terperangkap di Mariupol rencananya dievakuasi pada Ahad (6/3/2022) lalu. Namun upaya itu batal dilakukan karena gagalnya gencatan senjata. Baik Moskow maupun Kiev saling tuding sebagai pihak yang tak dapat menghentikan penembakan.

Otoritas Ukraina, pada Senin, mengungkapkan, Rusia tengah menyerang kota selatan Mykolayiv. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memperingatkan, target besar Rusia berikutnya adalah Odessa, kota pelabuhan bersejarah di Laut Hitam yang berpenduduk 1 juta jiwa. Menurut militer Ukraina, saat ini Moskow pun sedang menghimpun sumber daya untuk menyerbu Kiev.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement