Selasa 08 Mar 2022 08:41 WIB

Pakar IPB University: Serangga Penting bagi Kehidupan

Penggunaan pestisida yang berlebihan membunuh serangga-serangga berguna.

Serangga penting bagi kehidupan.
Foto: Dok IPB University
Serangga penting bagi kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Serangga merupakan salah satu penyusun ekosistem yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan. Seiring dengan berjalannya waktu, populasi serangga semakin terancam dan akan semakin parah apabila tidak dilakukan upaya pencegahan.

 Prof Damayanti Buchori, entomologis dari Departemen Proteksi Tanaman IPB University menjelaskan bahwa secara keseluruhan, penurunan populasi serangga tidak terjadi pada semua spesies. “Berdasarkan data yang ada, populasi serangga yang menurun itu adalah lebah, sedangkan hama-hama invasif justru bertambah karena meluasnya daerah yang mereka kolonisasi,” ujar Prof Damayanti Buchori, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. 

Prof Damayanti melanjutkan, beberapa sebab menurunnya populasi serangga adalah adanya alih fungsi lahan dari hutan ke tata guna lahan lain (deforestasi), penggunaan teknologi pertanian yang tidak ramah lingkungan dan perubahan iklim. “Dengan adanya deforestasi, maka dapat merusak habitat serangga sehingga menyebabkan kehilangan biodiversitas,” tambahnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (7/3).

 Dosen IPB University itu mengatakan, adapun penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida yang berlebihan. Penggunaan pestisida yang berlebihan justru membunuh serangga-serangga berguna seperti lebah, predator dan parasitoid yang memiliki fungsi sebagai pengendali hama. Tidak hanya itu, penggunaan pestisida yang terus menerus justru akan meningkatkan resistensi hama.

Sementara, perubahan iklim juga telah diketahui memberikan dampak yang signifikan terhadap populasi serangga. Prof Damayanti menjelaskan, terdapat serangga yang bisa memperluas daerah jelajahnya ke area yang sebelumnya tidak bisa dihuninya seperti area yang memiliki suhu terlalu dingin.

“Adanya peningkatan suhu akibat perubahan iklim menyebabkan beberapa serangga justru bisa hidup di daerah tersebut. Tetapi pada saat yang sama, serangga-serangga yang sudah beradaptasi dengan suhu rendah dan memerlukan musim dingin untuk berdiapause (fase istirahat), justru terganggu ritme biologisnya dan harus bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan ini,” kata Prof Damayanti.

Ia pun menegaskan, serangga yang tidak mampu beradaptasi tersebut berpotensi akan punah.

Terkait kepunahan serangga, Prof Damayanti mengatakan, “Kerugian kehidupan ketika tidak ada serangga tentu banyak sekali, sebagai contoh, lebih dari 75 persen tumbuhan diserbuki oleh serangga penyerbuk, dengan mayoritasnya adalah lebah.”

Apabila penyerbuk hilang, katanya, maka tumbuhan-tumbuhan tersebut tidak dapat bereproduksi sehingga manusia akan kehilangan spesies tumbuhan dan juga hasil pertanian akan menurun. Bahkan, banyak ahli yang mengatakan bahwa  kehidupan akan collapse apabila serangga hilang.

Oleh karena itu, Prof Damayanti menjelaskan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan populasi serangga. Menurutnya, upaya yang dapat dilakukan antara lain yaitu dengan melakukan restorasi atau mengembalikan keseimbangan ekosistem, menghentikan deforestasi, mengembangkan teknologi hijau, mengurangi dampak perubahan iklim, serta mengurangi konsumerisme.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement