Jambore Kesejarahan Kenang Serangan Umum 1 Maret di Sleman
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Peserta kegiatan Jambore Kesejarahan dalam rangka mengenang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Sleman. | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Warga Sleman menggelar Mancakrida Gerilya Jambore untuk mengenang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Kegiatan diinisiasi masyarakat dari tiga padukuhan di Kalurahan Margoluwih, Kapanewon Seyegan, dan didukung Kundha Kebudayaan DIY.
Ketua Panitia Jambore Kesejarahan, Eko Isdianto mengatakan, kegiatan melibatkan masyarakat tidak hanya untuk mengenang sejarah. Namun, juga mengedukasi serta memberikan kesempatan masyarakat untuk mengeksplor sejarah di daerahnya sendiri.
Jika pada umumnya peringatan peristiwa diisi penuh oleh drama teatrikal, gelaran Jambore Kesejarahan kali ini masyarakat turut dilibatkan dalam kegiatan outbound yang dibungkus nuansa sejarah. Bermain kelompok, berjalan melewati rute-rute.
Mengikuti permainan yang melibatkan ketangkasan dan kesejarahan, masyarakat tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan di Mancakrida Gerilya Jambore. Yang mana, diramaikan pula lewat pagelaran drama teatrikal Serangan Umum 1 Maret 1949.
"Kami mencoba mengedukasi masyarakat mengenai sejarah Serangan Umum 1 Maret di daerahnya sendiri, terutama Yogya bagian barat yaitu Moyudan, Godean, Seyegan, dan Mlati," kata Eko.
Mancakrida Gerilya Jambore Kesejarahan turut dihadiri Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa. Ia berpendapat, kegiatan ini dapat dijadikan wahana dalam menapaki dan merefleksi kembali momentum perjuangan pahlawan memperjuangkan bangsa Indonesia.
Danang mengingatkan, bangsa yang besar bangsa yang tidak melupakan sejarahnya dan menghormati jasa pahlawannya. Karenanya, ia berharap, kegiatan ini semakin memupuk kesadaran kita bersama pentingnya nilai-nilai perjuangan bangsa sebagai jati diri.
Ia turut mengajak masyarakat untuk memberi kontribusi sebagai warga negara, tapi tentu tidak sama dengan yang dilakukan pada masa lampau. Kontribusi yang dimaksud, sebagai warga negara Indonesia, harus memiliki nilai-nilai pejuang di dalam diri.
Kita, lanjut Danang, harus memiliki kepribadian yang kuat, harus memiliki semangat pantang menyerah, jiwa patriotik dan berjiwa nasional. Sehingga, apapun itu bentuk perjuangan kita, ada semangat tidak menyerah yang terjaga seperti pahlawan dulu.
"Baik sebagai pejuang nafkah keluarga, pejuang seni dan budaya, pejuang lingkungan, dan sebagainya paling tidak kita berusaha untuk mengikuti semangat para pahlawan," ujarnya.
Selain itu, Danang turut mengajak generasi muda di Indonesia untuk mau menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai sejarah perjuangan banga. Itu dirasa penting guna memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional, serta kedaulatan Indonesia tercinta.