REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) mengunjungi Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 3 hingga 6 Maret 2022. Mereka datang untuk meninjau dampak pembangunan infrastruktur pariwisata terhadap nilai universal luar biasa atau Outstanding Universal Value (OUV) Situs Warisan Dunia TN Komodo.
Tim UNESCO mengkaji berbagai dampak pembangunan proyek yang dijuluki "Jurassic Park" itu bersama perwakilan International Union for Conservation and Nature (IUCN) Reactive Monitoring Mission (RMM).
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno mengatakan, tim UNESCO dan IUCN RMM melakukan sejumlah pertemuan dan kunjungan ke lapangan di TN Komodo. Mereka mendatangi Resort Loh Buaya (Pulau Rinca), Resort Padar Selatan (Pulau Padar), dan Resort Loh Liang (Pulau Komodo).
"Tim UNESCO dan IUCN juga mengobservasi langsung penataan infrastruktur wisata alam yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR di Resort Loh Buaya," kata Wiratno dalam siaran persnya, Selasa (8/3/2022).
Wiratno menjelaskan, kunjungan badan khusus PBB itu bertujuan untuk menilai status pembangunan infrastruktur di dalam dan di sekitar kawasan warisan dunia TN Komodo. Termasuk dampak pembangunan infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca dan Padar terhadap Outstanding Universal Value (OUV) kawasan TN Komodo.
Tim UNESCO dan RMM juga memantau apakah pembangunan proyek infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca sesuai dengan revisi dokumen analisis dampak lingkungan (EIA) dan sejalan dengan Catatan Saran Warisan Dunia IUCN tentang Penilaian Lingkungan.
Selain itu, tim UNESCO melihat status populasi hewan komodo dan tindakan-tindakan yang dilakukan pengelola. Termasuk menilai upaya pengelolaan daratan dan rencana tanggap kebakaran.
Wiratno menyebut, tim UNESCO juga meninjau penyusunan Integrated Tourist Master Plan (ITMP) untuk Labuan Bajo, termasuk Pulau Rinca dan Padar. Selain itu, tim RMM meninjau pengelolaan laut di sekitar TN Komodo, khususnya pengendalian kegiatan penangkapan ikan ilegal dan penambatan kapal. Mereka juga menilai isu-isu lain yang kemungkinan memberikan dampak negatif terhadap OUV TN Komodo.
Semua hasil peninjauan lapangan itu, kata Wiratno, akan dianalisa oleh tim UNESCO dan IUCN selama enam pekan ke depan. Setelah itu, UNESCO dan IUCN akan menyampaikan sejumlah poin rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU).
Pembangunan infrastruktur untuk destinasi wisata premium di kawasan TN Komodo selama ini dihujani kritik dari berbagai organisasi pemerhati lingkungan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT, misalnya, sudah mengajukan protes karena menilai proyek tersebut dapat mengganggu ekosistem komodo. Bahkan, jika pembangunan itu dilanjutkan, komodo bisa punah.