REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Selama lebih dari 80 tahun terakhir, Batman telah menjadi lebih dari sekedar legenda komik. Aksinya yang membanggakan saat melawan penjahat mulai dari Joker hingga Clayface, komponen utama dari super team seperti Justice League, dan menguasai merchandising.
Meskipun, ketika berbicara tentang hal yang berkesan dari Dark Knight, orang pasti akan menyoroti elemen penting yang melekat padanya: Batsuit.
Sejak debut hingga sekarang, Batsuit telah hadir dalam beberapa bentuk atau mode. Ada yang berbahan kain, karet, lapis baja bahkan yang berbahan ringan. Semuanya datang dalam berbagai skema warna, panjang telinga dan jubah, serta ukuran sabuk.
Terlepas dari spesifiknya, Batman jarang meninggalkan Batcave saat pergi memerangi kejahatan. Jasnya sangat membantu menjaganya tetap aman, dan itu berguna untuk menimbulkan ketakutan di hati para penjahat Kota Gotham.
Namun untuk disebut sebagai kostum yang mengagumkan, Batsuit jauh dari sempurna. Utamanya, ketika ditempatkan dalam konteks dunia nyata, beberapa masalah yang mengancam jiwa mulai muncul dengan sendirinya.
Seorang fisikawan menilai bahwa kostum batman itu mungkin tidak akan bisa bekerja di dunia nyata seperti dalam komik, kartun, atau film. Seperti disebutkan sebelumnya, sebagian besar Batsuit tidak lengkap tanpa jubah. Lagipula, Batman tidak mendapatkan julukan "Caped Crusader" secara cuma-cuma.
Awalnya mungkin jubah itu tidak lebih dari pilihan estetika, tetapi sebenarnya, banyak inkarnasi Batman telah menggunakan jubah lebih dari memenuhi pedoman mode superhero modern. Selain menggunakannya sebagai sarana untuk mengintimidasi penjahat Gotham, itu telah diadaptasi menjadi perisai peluru dan bahkan sebagai cara untuk melintasi jarak yang jauh. Yang pertama tampaknya mungkin dengan bahan yang tahan lama seperti Kevlar, tetapi yang terakhir dinilai tidak masuk akal di dunia nyata.
"Jelas meluncur menggunakan Batcave bukanlah cara yang aman untuk bepergian, kecuali jika memakai metode untuk memperlambat kecepatan yang digunakan, seperti parasut," tulis fisikawan di University of Leicester dalam publikasi "Journal of Special Physics Topics" pada tahun 2012, seperti dilansir di Looper, Rabu (9/3/2022).
Para peneliti mencatat bahwa setelah melompat dari gedung pencakar langit Gotham City setinggi 150 meter, Batman secara realistis dapat meluncur sejauh kira-kira 350 meter pada lebar sayap 4,7 meter sebelum kecepatannya turun pada 110 km per jam. Jika terjadi di dunia nyata, penurunan 80km per jam kemungkinan bisa merenggut nyawa seseorang.
Rupanya, jubah bukan satu-satunya elemen Batsuit yang tidak praktis. Pada konferensi pers untuk Robocop pada 2014, Michael Keaton berbicara tentang perjuangannya memakai hiasan kepala berbahan baja saat syuting Batman tahun 1989. Menurut dia, menggerakkan kepalanya saja hampir tidak mungkin.
Dengan demikian, dia tidak punya pilihan selain menggerakkan seluruh tubuh bagian atasnya untuk saat-saat di mana Batman harus berbalik dan melihat ke arah yang berbeda. Itu tidak nyaman bagi seorang aktor, apalagi seseorang yang mencoba melawan dua atau tiga orang jahat sekaligus.