REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sekitar 44 juta warga Korea Selatan pergi ke tempat pemungutan suara untuk memilih presiden pada Rabu (9/3/2022). Pemilihan ini mengakhiri perlombaan yang telah ditandai dengan serangkaian kejutan, skandal, dan kampanye kotor.
Sebanyak 14 kandidat awalnya terdaftar, tetapi telah terbentuk dua kandidat kuat yaitu Lee Jae-myung dari Partai Demokrat yang berkuasa dan Yoon Suk-yeol dari oposisi utama konservatif People Power Party. Mereka berlomba-lomba untuk menggantikan Presiden petahana Moon Jae-in, yang secara konstitusional dilarang mencalonkan diri kembali.
Jajak pendapat menunjukkan sedikit keunggulan untuk Yoon yang mendapatkan kejutan dari dorongan menit terakhir pada pekan lalu. Calon presiden dari People Party Ahn Cheol-soo keluar dan memberikan dukungannya di belakang Yoon. Sebuah survei oleh Embrain Public memperkirakan merger itu dapat memberikan Yoon suara sebanyak 47,4 persen dan 41,5 persen untuk Lee.
Yoon merupakan mantan jaksa agung ini telah bersumpah untuk memerangi korupsi, menegakkan keadilan, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih setara. Dia pun akan menetapkan tindakan lebih keras terhadap Korea Utara dan mengatur ulang posisi dengan China.