REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan akan memerintahkan operasi militer yang semakin brutal di Ukraina karena pasukannya gagal mencapai keberhasilan yang semula dia bayangkan. Hal itu dikatakan Direktur CIA William Burns pada Selasa (8/3/2022).
Burns mengatakan kepada Komite Intelijen DPR AS bahwa Putin "marah dan frustrasi" oleh kurangnya keberhasilannya di medan perang di mana pasukan Ukraina terus melakukan "perlawanan sengit" yang telah menyebabkan korban pasukan Rusia "jauh melebihi" dari apa yang dilakukan Rusia.
"Tantangan yang dia hadapi, dan ini adalah pertanyaan terbesar yang menggantung di atas analisis kami tentang rencananya selama berbulan-bulan sekarang," kata Burns, "apakah dia tidak memiliki permainan akhir politik yang berkelanjutan dalam menghadapi apa yang akan terus menjadi perlawanan sengit dari Ukraina.”
"Ke mana arahnya, saya pikir, beberapa minggu ke depan adalah yang terburuk dan akan berlipat ganda, seperti yang saya katakan sebelumnya, dengan sedikit memperhatikan korban sipil, di mana pertempuran kota bisa menjadi lebih buruk, karena satu hal yang saya benar-benar yakin adalah Ukraina akan terus melawan dengan keras dan efektif," tambah dia.
Perang Rusia di Ukraina, yang dimulai 24 Februari, telah menuai kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan terhadap Moskow dan mendorong keluarnya perusahaan global dari Rusia.
AS telah menentukan "dengan keyakinan rendah" bahwa antara 2.000 dan 4.000 tentara Rusia tewas selama hampir dua minggu operasi Kremlin, kata Direktur Badan Intelijen Pertahanan Scott Berrier kepada komite intelijen.
Setidaknya 406 warga sipil telah tewas dan 801 terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut PBB, yang mengatakan kondisi di lapangan membuat sulit untuk memverifikasi jumlah sebenarnya. Sekitar 2 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, kata badan pengungsi PBB.