Rabu 09 Mar 2022 19:24 WIB

Sales Dealer Mobil Tilep Uang Konsumen Rp 91 Juta untuk Trading

Korban mengaku telah menyerahkan uang Rp 91 juta sejak 2021 lalu

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sales Promotion Girl (SPG) berdiri di dekat mobil yang dipamerkan. Seorang sales dealer mobil berinisial DH di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung menipu seorang konsumen Nada Sylvia Nova sebesar Rp 91 juta. Uang konsumen yang seharusnya digunakan untuk membayar uang muka dan cicilan mobil BR-V malah digunakan pelaku untuk kegiatan trading.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Sales Promotion Girl (SPG) berdiri di dekat mobil yang dipamerkan. Seorang sales dealer mobil berinisial DH di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung menipu seorang konsumen Nada Sylvia Nova sebesar Rp 91 juta. Uang konsumen yang seharusnya digunakan untuk membayar uang muka dan cicilan mobil BR-V malah digunakan pelaku untuk kegiatan trading.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Seorang sales dealer mobil berinisial DH di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung menipu seorang konsumen Nada Sylvia Nova sebesar Rp 91 juta. Uang konsumen yang seharusnya digunakan untuk membayar uang muka dan cicilan mobil BR-V malah digunakan pelaku untuk kegiatan trading.

Nada mengaku DH menawarkan unit mobil BR-V kepadanya pada Januari tahun 2021 lalu. Ia lantas percaya untuk membeli sebab pernah membeli mobil Daihatsu pada tahun 2020 kepada pelaku. Terlebih pelaku menawarkan mobil dengan mengenakan seragam dealer dan name tag.

"Awal mula saya percaya kepada si DH terus kenapa saya percaya karena saya pernah beli mobil Daihatsu di dia tahun 2020, sempat gol sampai sekarang masih dimiliki mobilnya jadi saya percaya. Kedua bulan Januari tahun 2021 kemarin si Deden nawarin lagi katanya 'teh saya kerja di Honda mau gak beli Honda' katanya gitu. Yaudah mau a, yaudah kita lihat lihat dulu mobilnya unitnya," ujarnya menirukan percakapan dengan pelaku saat dihubungi, Rabu (9/3/2022).

Ia mengaku bertemu DH yang mengenakan seragam dan name tag pada tanggal 29 Januari di gudang penyimpanan mobil dan meminta untuk segera membayar uang muka mobil sebab banyak yang mencari. Selanjutnya pelaku memberikan virtual account perusahaan.

"Udah gitu saya transfer Rp 10 juta dulu tanggal 29. Nah karena ATM aku limit, dia itu mintanya Rp 50 juta dulu nih tapi berkala aku nyicil gitu kadang Rp 10, Rp 20 kadang Rp 25," ujarnya.

Pada saat transfer uang muka tahap kedua, Nada mengirimkan uang Rp 5 juta ke rekening pelaku. Saat itu ia masih percaya sebab pelaku mengirimkan bukti transfer uang tersebut ke perusahaan yang akhirnya diketahui bukti palsu. 

"Total Rp 55 juta saya transfer tanggal 29,30,31 terus tanggal 2 Februari Deden bilang kalau mau unit turun harus bayar cicilan pertama katanya gitu. Saya kasih Rp 6 juta," katanya.

Ia melanjutkan pelaku menghubunginya kembali pada tanggal 8 Februari dan meminta tambahan biaya sebesar Rp 30 juta agar unit mobil segera turun. Akhirnya Nada pun mengirimkan uang tersebut melalui virtual account.

"Saya tuh tanggal 8 sampai 9 Februari bayar Rp 30 juta. Udah transfer ke virtual akun total Rp 91 juta nah saya langsung ngepush Deden, a gimana mobil teh ada gak," ungkapnya.

Singkat cerita, Nada bertemu salah seorang pelanggannya yang bekerja di dealer tersebut. Ia pun menanyakan perihal pembelian unit mobil dan sudah membayar Rp 91 juta ke virtual account.

"Customer aku tuh cewek kerja di Honda aku nanya, teh gimana ya aku teh udah bayar Rp 91 juta tapi ada nggak ada, mobil nggak ada uang nggak ada," katanya. Pelanggan tersebut merasa heran sebab virtual account yang ditunjukkan berbeda sebab virtual account resmi terdapat nama perusahaan.

"Terus kata pihak si temen aku gini yang kerja di Honda. Teh da virtual akun Honda mah gak gitu-gitu. Aku curiga, kalau virtual akun Honda mah ada tulisan Hondanya," katanya. Ia pun langsung menghubungi pelaku dan meminta pembatalan pembelian serta uang 100 persen dikembalikan.

"Iya teh balik 100 persen uangnya kata si Deden. Dia alasananya Covid-19 lah, di rumah sakit lah, gimana duit belum masuk-masuk. Tanggal 16 Febrruari, a gimana uang teh meuni gak masuk wae.Nah terus aku tunggu sampai akhirnya tanggal 2 Maret aku tanya a ini udah dua minggu lebih mana dong terus kata si Deden sabar aja paling masuk jam 4 sore," ungkapnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement