REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak keras setiap gerakan pengecaman yang menargetkan rakyat Rusia dari berbagai kalangan, termasuk seniman, mahasiswa dan cendekiawan Rusia. Dia pun menyinggung praktik fasis yang tidak bisa diterima karena mencederai perjuangan Ukraina.
"Sama seperti kami tidak akan meninggalkan Ukraina, kami juga tidak menerima tindakan yang mirip dengan perburuan terhadap rakyat Rusia, sastra, mahasiswa atau seniman," kata Erdogan, seperti dilansir Yeni Safak, Rabu (9/3/2022).
Erdogan mengatakan, praktik fasis seperti itu tentu membayangi perjuangan sah Ukraina dalam melawan pasukan Rusia. Tindakan tersebut juga dapat memicu iklim kebencian dan dendam baru. Dia juga mengkritik organisasi internasional karena gagal mengambil tindakan atas zona perang, terutama Dewan Keamanan PBB.
Erdogan telah lama menyalahkan impotensi PBB dalam menghadapi masalah global. Dia juga sudah mendorong Dewan Keamanan yang lebih inklusif secara internasional.
Soal pengungsi yang melarikan diri dari perang di Ukraina, Erdogan menyatakan bahwa pola pikir yang mendiskriminasi kaum tertindas berdasarkan agama, asal kebangsaan, atau warna kulit mereka, itu tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan atau peradaban.
Dia menegaskan, Turki tidak pernah melabeli mereka yang melarikan diri dari perang dan penganiayaan menurut bahasa, agama, atau warna kulit mereka.
Turki menampung lebih dari 4 juta pengungsi, kebanyakan dari mereka berasal dari Suriah yang dilanda perang, lebih banyak dari negara mana pun di dunia. Erdogan juga menekankan upaya diplomatik Turki yang keras untuk mengakhiri perang.