Kamis 10 Mar 2022 05:07 WIB

Kanselir: Jerman tidak Kirim Pesawat Tempur ke Ukraina

Jerman menilai tidak ada gunanya solusi militer untuk akhiri konflik Rusia-Ukraina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
 Kanselir Jerman Olaf Scholz. Jerman menilai solusi konflik Ukraina Rusia ditemukan dalam perundingan.
Foto: AP/Sergey Guneev/Pool Sputnik Kremlin
Kanselir Jerman Olaf Scholz. Jerman menilai solusi konflik Ukraina Rusia ditemukan dalam perundingan.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Olaf Scholz mengatakan Jerman jelas tidak akan mengirimkan pesawat tempur ke Ukraina. Hal ini disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) menolak tawaran Polandia untuk mengirimkan pesawat tempur produksi Rusia MiG-29 ke pangkalan AS di Jerman agar dikirimkan Ukraina.

"Kami telah menyediakan berbagai jenis materi pertahanan dan seperti yang sudah kami katakan pada kalian. Kami telah mengirimkan senjata tapi juga benar kami harus mempertimbangkan dengan sangat hati-hati tindakan konkrit kami dan jelas pesawat tempur tidak termasuk di dalamnya," kata Scholz dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Rabu (9/3/2022).

Baca Juga

Dalam kesempatan ini ia ditanya apakah Jerman termasuk yang menentang larangan impor energi Rusia. Scholz mengatakan selama beberapa bulan terakhir ia sudah berusaha mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.

"Terdapat banyak pertanyaan teknis yang perlu dijawab," katanya.

Scholz mengatakan Jerman harus mendiversifikasi bahan mentah yang digunakan industri-industrinya. Negeri Panzer sedang mengusahakan hal tersebut bersama Kanada.  

Ia juga mengatakan tidak ada gunanya solusi militer untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Ia berharap solusinya ditemukan dalam perundingan.

Sementara itu seorang pejabat Uni Eropa mengatakan pemimpin negara anggota blok tersebut terpecah jadi dua kelompok. Antara yang mendukung Ukraina menjadi anggotanya dan yang tidak. Hal ini disampaikan satu hari sebelum negara-negara anggota Uni Eropa membahas permintaan Kiev mengenai hal itu.

Pejabat yang terlibat dalam pertemuan Uni Eropa di Versailles itu tidak bersedia disebutkan namanya. Ia mengatakan semua pemimpin di Uni Eropa sepakat untuk memperkuat hubungan dengan Ukraina.

"Tapi yang menjadi pertanyaannya apakah mereka menemukan konsensus dalam perluasan yang terkadang (isu) yang lebih rumit," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement