REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Pertamina NRE tentang Rencana Kerja Sama Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan di Aset KAI. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dan Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (9/3/2022).
MoU ini dimaksudkan sebagai landasan untuk melakukan pembahasan ataupun persiapan rencana kerja sama penyediaan sarana dan prasarana serta pengembangan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maupun pemanfaatan EBT lainnya di aset milik KAI.
“Komitmen KAI dalam implementasi Environmental, Social and Governance (ESG) Management semakin terlihat nyata, dengan mendukung program pemerintah serta turut andil dalam mengurangi emisi gas rumah kaca 29 persen pada 2030 maupun Net Zero Emission di tahun 2060,” ujar Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo.
Melalui sinergi ini, KAI dan Pertamina NRE mendukung program pemerintah menyambut Presidensi G20 Indonesia yang berhubungan erat dengan program transisi energi berkelanjutan.
“Pertamina NRE siap berkolaborasi optimal dengan KAI dengan menyediakan energi ramah lingkungan di area operasi KAI. Ini langkah strategis untuk melakukan dekarbonisasi melalui sinergi BUMN. Untuk saat ini potensi paling besar adalah penyediaan PLTS. Ke depan potensi lain yang bisa dikerja samakan antara Pertamina NRE dan KAI adalah pemanfaatan hidrogen, yang saat ini sedang kami kembangkan,” ujar Dannif dalam sambutannya.
Sebelumnya, telah dilakukan pemetaan terhadap potensi energi PLTS di 70 stasiun KAI yaitu sebesar 229.705 kWh/bulan atau 2,75 MWh/tahun, sehingga berpotensi mengurangi karbon dioksida sebanyak 179.459.810,6 kg CO2/tahun.
Dalam implementasi Environmental, Social and Governance di perusahaan, KAI menggunakan sirkulasi udara alami stasiun, menggunakan penerangan hemat energi, mengutamakan tenaga kerja lokal, serta menyiapkan berbagai perizinan dan rekomendasi terkait bangunan perusahaan.
Didiek mengatakan, KAI akan terus melakukan upaya pelestarian lingkungan, di mana dengan saat ini, hampir 56 ribu pohon yang telah kita tanam di berbagai wilayah operasi KAI.
“Dengan pengimplementasian ESG di KAI maka akan tercipta bisnis yang sifatnya sustain. Dengan demikian, keberlangsungan industri perkeretaapian juga bisa kita jaga dengan sebaik-baiknya,” kata Didiek.
Pada tahap awal, terdapat 9 stasiun rencana di wilayah Daop 1 Jakarta dengan estimasi kapasitas terpasang 0,5 MWp dan 3 Balai Yasa yakni Balai Yasa Manggarai, Balai Yasa Yogyakarta, dan Balai Yasa Surabaya dengan estimasi kapasitas terpasang 0,5 MWp. Ke depannya, KAI juga akan melakukan implementasi rooftop solar panel di stasiun-stasiun dan bangunan aset KAI lain yang memiliki potensi. Penggunaan PLTS di aset KAI sebagai bentuk implementasi konservasi energi, efisiensi energi, serta peningkatan pemanfaatan energi surya yang ramah lingkungan.
Sebelumnya, pemasangan PLTS juga telah dilakukan di Stasiun Batang dengan kapasitas sebesar 6 kWp dan di Stasiun Garut dengan kapasitas total sebesar 60 kWp. KAI akan terus menambah jumlah bangunan yang dipasang PLTS dalam mendukung penggunaan green energy.
Di samping pengimplementasian PLTS, KAI sebelumnya juga telah menerapkan berbagai kebijakan ramah lingkungan lainnya dalam pengelolaan stasiun. Misalnya, penggunaan sirkulasi udara alami stasiun, menggunakan penerangan hemat energi, serta pengelolaan sampah dengan membagi sampah berdasarkan jenisnya.
Pertamina NRE sendiri telah memasang PLTS di berbagai lokasi baik eksternal maupun internal Pertamina. Tahun lalu Pertamina NRE memasang PLTS di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dengan kapasitas terpasang 2 MWp, PLTS RU IV Cilacap berkapasitas 1,34 MWp, dan PLTS RU II Dumai berkapasitas 2 MWp. Di samping itu Pertamina NRE juga telah menyediakan PLTS Atap di 129 titik SPBU Pertamina, sehingga total yang telah menggunakan PLTS Atap saat ini mencapai 141 SPBU.
Pertamina NRE berkomitmen penuh untuk mendukung pencapaian target net zero emission tahun 2060. Langkah ini juga merupakan bagian dari implementasi aspek environment, social, and governance (ESG) yang terintegrasi dalam pengelolaan bisnis Pertamina NRE.